Sabar
dan Tawakkal Memelihara Agama
اَلحَمْدُلِلّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ, اَحْمَدُهُ عَلَى
صُنُوْفِ نِعْمُهِ. اَشْكُرُهُ عَلَى خَيْرِالْقَدْرِ وَشَرِّهِ. وَاسْتَزِيْدُهُ
مِنْ جَزِيْلَ عَطَائِهِ وَبِرِّهِ. اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ
لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً مَنْ اَوْجَدَهُ بَعْدَ عَدَمِهِ, وَامْتَزَجَ
تَوْحِيْدُهُ بِلَحْمِهِ وَدَمِهِ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ بَرِيَّتِهِ, اَلْمَخْصُوْصُ
بِوَحْيِهِ وَرِسَالَتِهِ. اَللَّهُمُ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ المُوْفِيْنَ بِعَقْدِ ذِمَّتِهِ
وَاِيْمَانِهِ. اَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ
بِتَّقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah
SWT dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan menajalankan syari’at islam dengan
bersungguh-sungguh dalam artian melaksanakan semua perintahNya dan menjuhi
segala apa yang dilarangNya.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia !!!
Memeluk agama Islam atau masuk islam itu merupakan
perkara yang sangat mudah, dan tidak ada
kesukarannya. Dapat dilakukan oleh segala orang yang tidak gila (sadar/sehat
rohani). Akan tetapi mengerjakan peraturan yang telah diatur oleh agama islam itu tidak semua orang dapat
melakukannya. Karena hal tersebut harus dibaringi dengan kesabaran dan tawakkal
atau penyerahan diri kepada Allah SWT.
Tawakkal
‘alallah merupakan hal yang teramat berat dirasakan hawa nafsu kita manusia,
begitupula dengan sabar dalam mengahadapi cobaan dan godaan. Suka bersabar dan
bertawakkal itu adalah suatu senjata yang perlu ada pada setiap pemeluk agama
Islam dalam menjalankan perintah Allah SWT, dan menolak segala perbuatan
terlarang dalam agamanya.
Orang yang beriman kepada Allah dengan sesungguhnya bersabar bertawakkal kepadanya
dalam menjalankan perintah-perintah yang trdapat didalam agamanya. Tidaklah
dapat diganggu dan diperdayakan oleh
Syaithan dan kaki tangannya. Sebagaimana ferman Allah SWT:
اِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطاَنٌ عَلَى
الَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ (النحل: ۹۹)
Artinya: “Sesungguhnya
syaithan tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan
menyerahkan diri kepada Allah.” (An-Nahl: 99)
Jadi syaitan
itu hanya dapat memperdayakan
orang-orang yang tidan beriman dan tidak
menyerahkan diri kepada Allah. Fiman Allah:
اِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى
الَّذِيْنَ يَتَوَلَوْنَهُ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُوْنَ (النحل:١٠٠)
Artinya: “Hanya
kekuasaan syaithan itu atas orang-orang yang menurutkan bujukannya dan
orang-orang yang menyekutukan Allah.” (An-Nahl:
100)
Janji hendak
melakukan kebaikan, hendak bersedekah, berinfaq dll amal kebaikan, dapat
dirasakan dan dipungkiri karena menuruti bujuk rayuan syaithan. Syaithan
membisikkan kedalam hati orang yang hendak mengorbankan hartanya dijan yang
diridhoi Allah SWT, bahwa nanti hartanya
habis dan susuah mendapat gantinya dan lain sebagainya. Syaithan terus
membisikkan sehingga timbul keraguan, menggoyangkan imannya dan akhirnya ia
tidak percaya kepada janji Allah SWT didalam Al-Qur’an.
Sidang jama’ah
jum’ah yang berbahagia !!!
Untuk menghindari
ketergelinciran beragama kedalam bujukan syaitan maka hendaklah ia
memperhatikan firman Allah:
وَلَاتَتَّخِذُوْا
اَيْمَانِكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوْتِهَا
وَتَذُوْقُوْا السُّوْءَ صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ وَلَكُمْ عَذُابٌ
عَظِيْمٌ. (النحل: ٩٤)
Artinya:
”Dan janganlah
kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai tipu day antara kamu karna nanti
tergelincir kaki sesudah tegaknya dan nanti kamu merasakan bahaya kejahatan
lantaran kamu berpaling dari jalan Allah dan bagi kamulah azab yang besar.”
(An-Nahl: 94)
Demikianlah jika
pemeluk agama tidak berhati sabar dan tidak bertawakkal kepada Allah, mudah
ditipu dan digelincirkan imannya oleh syaithan.
Maka waktu
mengeluarkan harta untuk keperluan agama Allah hendaklah kita berkeyakinan
bahwa apa yang ada pada sisi Allah lebih banyak, lebih baik dan kekal dari apa
yang kita miliki dan Allah tidak pernah memungkiri janji-janji Nya tetapi
syaithanlah yang selalu berdusta dan mengingkari janji Nya
Dan lagi untuk memelihara iman
hendaklah kita tawakkal menyerahakan diri kepada Allah dan berhati sabar dalam
menghadapi segala macam cobaan dan ujian, karena dengan itulah kita dapat
melaksanakan perintah-perintah agama, sehingga berpengaruh didalam masyarakat
hidup kita. Semoga Allah teguhkan iman kita dan diberikan kita kesabaran dan
tawakkal dalam menjalankan perintahnya dan menjauhkan laranganNya, sehingga
kita selamat didunia dan akhirat. Amin Allahumma Amin Yarabbal ‘Alamin
اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. مَاعِنْدَكُمْ يَنْفَدُوْ وَمَا عِنْدَ
اللهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوُااَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا
كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (النحل: ٩٦)
Artinya: “Apa-apa
yang pada sisi kamu bisa habis, tetepi
apa-apa yang ada pada sisi Allah
kekal, dan kami akan membalas orang-orang bersabar
dengan ganjaran yanglebih baik
dari usaha yang mereka telah kerjakan.” (An-Nahl: 97)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى
الْقُرْاَنِ عَظِيْمِ. وَنَفَعْنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلَايَةِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمَنْكُمْ تَلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ
الْعَلِيْم. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللَه الْعَظِيْمِ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتُ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتُ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُرُ الرَّحِيْمِ.
Jalan Mendekati Tuhan
الَحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ
الحَيَاةَ رَأْسَ مَالِنَا فِيْ هَذِهِ الدَّرِ. وَبِهَا يَتَمَكَّنُ اَنْ
نَعْمَلَ لِسَعَادَةِ دَارِ الْقَرَارِ. اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ
وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ اَمَرَنَا اَنْ نَفْعَلُ الخَيْرَ وَ نَتْرُكُ
الشَّرَّقَ فِيْ خُشُوْعٍ وَاِخْلاَصِ السَيْدِ الاَخْيَارِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تَرَكْنَا
عَلَى الخَنِيْفِيَّةِ السَّمْحَةِ لَيْلِهَا كَالنَّهَارِ. اَللَّهُمُ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
الهُدَاةِ الْاَطْهَارِ. اَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ
بِتَّقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah
SWT dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan menajalankan syari’at islam dengan
bersungguh-sungguh dalam artian melaksanakan semua perintahNya dan menjuhi
segala apa yang dilarangNya.
Saudara-saudara qaum muslimin yang berbahagia !!!
Sesungguhnya Allah SWT amat dekat dengan manusia, lebih
dekat dari pada urat nadi kita sendiri,
sebagaimana diterangkan didalam Al-Qur’an:
وَنَحْنُ
اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الوَرِيْدُ (ق: ١٦)
Artinya:
“Dan kami lebih dekat kepadanya dari urat nadinya (lehernya)”. (Qaf: 17)
Maksud
dari ayar ini sebenarnya ialah Allah
lebih mengetahui keadaan kita dari diri kita sendiri. Disini bukan
hendak dibicarakan tentang dekat atau jauhnya Tuhan kepada kita. Tetapi tentang
jalan yang dapat mendekatkan diri kepadanya supaya mendapatkan keridhaannya.
Kedudukan
kita akan dekat kepada Allah jikalau kita termasuk kedalam golongan MUQARRABIN,
yakni orang-orang yang mendekatkan diri. Dan jauh kedudukan kita kepada Allah
jikalau termasuk kedalam golongan MAGHDHUBIN
(orang-orang yang sesat/dibenci) kalau kita jalankan perintah Allah dan
menjauhi larangannya, maka kita tergolong kedalam qaum MUQARRABIN.
Dan sebaliknya, kita akan mendapat gelar MAGHDHUBIN. Jadi
kedudukan kita bisa dekat kepada Allah dan bisajuga jauh dari pada-Nya.
Adapun
jalan mendekati Tuhan, tidak dapat kita tempuh dari melalui satu jalan saja,
seperti dari sudut akhirat saja, atau keduniaan saja. Karena agama islam itu
adalah agama dunia akhirat. Didunia kita harus baik dan akhitar juga harus baik
agar kehidupan dunia akhirat dapat stabil. Sebagaimana Allah SWT mengajarka
kita berdoa didalam Al-Qur’an:
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة
حسنة وقنا عذاب النار (البقرة ١٠٢)
Artinya:
“Ya Tuhan kami, beriakankah kami kebaikan didunia, dan kebaikan diakhirat,
dan selamatkanlah kami dari siksaan neraka”. (al-Baqarah: 102)
Dan Nabi kita
Muhammad SAW telah bersabda:
ليس بخيركم من ترك الدنياه لاخرته, ولاخرته لدنياه, حتي
يصيب منهما جميعا فأن الدنيا بلاغ ألى الاخرة, ولاتكونوا كلا على الناس (ابن
عساكر)
Artinya:
“Bukanlah orang-orang yang paling baik dari pada kamu siapa yang
meninggalkan dunianya karena akhirat, dan tidak pula meninggalkan akhiratnya
karena dunianya, sehingga ia dapat kedua-duanya semua. Karena di dunia itu
penyampaikan akhirat. Dan jangankah kamu jadi memberatkan atas sesama manusia“.
Saudara-saudara yang
berbahagia !!!
Manusia di jadikan oleh
tuhan di dunia ini,adalah bertanggung jawab dihadapan Tuhan atas segala usaha
dalam penghidupan didunia.segala nikmat yanng di berikan oleh tuhan kepadanya,
seperti kekuatan dan pengetahuan harus di gunakan di jalan yang di benarkan
oleh Allah SWT, menurut petunjuk-Nya, untuk mencari keridhoan-Nya. Pendeknya
kita harus berusaha untuk kebaikan dunia ini dengan segala kemampuan yang ada
pada diri kita, yaitu kebaikan yang akan
di rasakan oleh keluarga, bangsa dan manusia seluruhnya.
Semakin rajin kita
menunaikan tugas kewajiban dan tanggung jawab untuk kemaslahatan umum, maka
semakin dekat pulalah kedudukan kita kepada Allah SWT, dan semakin melimpah
ruah nikmatnya kepada kita di samping mengerjakan kewajiban individu kepada
Allah seperti; sholat, puasa, zakat dan haji. Sebaliknya semakin
malas dan enggan menunaikan tugas dan tanggung jawab maka semakin jauhlah
kedudukan kita dan semakin menjauh rahmat
Allah dari diri kita. Maka jalan mendekati tuhan itu, ialah bekerja
sungguh-sungguh didalam urusan duniawi
ini untuk kebaikan dan kemaslahatan
ummat manusia, agar dengan usahanya itu keadaan ummat menjadi lebih baik,
disamping ia menjalankan kewajibannya dalan hal ‘ubudiyah kepada Allas SWT.
Semoga dengan yang adil
itu, yakni tidak tidak tebang pilih, antara urusan duniawi dan ukhrawi. Allah
tetep menolong ruang gerak kita dan amal ibadah kita untuk kebaikan kita
didunia dan di akhirat. Amin Allahumma Amin YRB.....
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ. قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتُّقُوْا رَبَّكُمْ
لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَاَرْضُ اللهِ وَاسِعَةٌ
اِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ. (الزمر: ١٠)
Artinya: “Katakanlah:
hai hamba-hambaku yang beriman, takutlah kepada tu hanmu bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, di dunia
ini ada kebaikan. Dan bumi Allah itu luas sesungguhnya orang-orang yang sabar
itu disempurnakan ganjarannya dengan tidak terhitung”.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى
الْقُرْاَنِ عَظِيْمِ. وَنَفَعْنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلَايَةِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمَنْكُمْ تَلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ
الْعَلِيْم. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللَه الْعَظِيْمِ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتُ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتُ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُرُ الرَّحِيْمِ.
Bertakwa Kepada Allah dalam Kehidupan Bertetangga
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ
اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله
عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أما بعد :
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Hendaklah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala, sebagaimana
yang Allah perintahkan,
يايها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (QS. Ali Imron: 102)
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”
(QS. At Taghabun: 16)
فَاتَّقُواْ اللّهَ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
“Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar
kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita gembira mendengar berita yang Allah Ta’ala
sampaikan di dalam kitab-Nya, mengenai berbagai macam keberuntungan yang akan
kita dapatkan jika kita bertakwa kepada Allah Ta’ala?
Tidakkah kita senang mendengar firman Allah Ta’ala
dalam surat Al Hujurat ayat: 13
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala
dalam surat Ath Thalaq: 2-3
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala
dalam surat Ath Tholaq: 4?
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala
dalam surat Al Anfal: 29?
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَل
لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيِغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ
ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah,
Kami akan memberikan kepadamu Furqan (petunjuk yang dapat membedakan
antara yang haq dan yang batil). Dan Kami akan jauhkan dirimu dari
kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala,
dalam surat Ali Imron ayat 76?
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللهَ لاَ
يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
“Sebenarnya, barangsiapa yang menepati janjinya dan
bertaqwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala,
dalam surat Ali Imron ayat 120?
وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ
شَيْئًا
“Dan jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya
musuh-musuhmu itu tidak akan membahayakan kamu sedikitpun.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala,
dalam surat Al A’rAf: 96?
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan seandainya penduduk sebuah negeri beriman dan bertaqwa,
sungguh pasti telah Kami (Allah) bukakan keberkahan dari langit dan dari bumi.
Dan akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka
sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala,
dalam surat Ali Imran: 133?
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita ketakwaan sebagaimana
yang diminta oleh nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
salah satu isi doa beliau, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya,
beliau berdoa:
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ،
والغِنَى
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan,
diberikan sifat ‘afaf dan kecukupan.”(HR. Muslim no. 2721).
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Hendaknya kita yakin dengan seyakin yakinnya tanpa disertai
keraguan sedikit pun bahwa apa yang Allah firmankan dalam kitab-Nya yang mulia
itu adalah benar adanya. Dan, ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengingkari
janjinya. Bukankah Allah telah berfirman dalam Surat Az Zumar: 20
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِّن
فَوْقِهَا غُرَفٌ مَّبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ وَعْدَ اللهِ
لاَ يُخْلِفُ اللهُ الْمِيعَادَ
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka
mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang
Tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan
sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ:
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Telah disebutkan sebelumnya sekian banyak ayat yang
menjelaskan tentang keutamaan bertakwa kepada Allah, dan di antara bentuk
ketakwaan kepada Allah adalah berbuat baik kepada tentangga. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada sahabatnya yang mulia Muadz bin
Jabal radhiyallahu ‘anhu yang salah satu isi pesan beliau adalah,
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada.”
Kaum muslimin, ini menunjukkan bahwa, kita bisa bertakwa
kepada Allah di mana kita berada di belahan bumi ini, dan dalam kondisi apa
pun.
Kaum muslimin, salah satu hal yang telah kita maklumi bahwa
kita hidup bertetangga dengan orang lain. Maka, kita pun bisa untuk bertakwa
kepada Allah Ta’ala dalam kehidupan kebertetanggaan kita dengan orang
lain.
Kaum muslimin, rahimakumullah…
Di antara bentuk ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala
dalam kehidupan kebertetanggaan kita adalah :
1. Menghormati dan berperilaku baik kepada mereka.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (QS. An Nisa: 36)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
جَارَهُ رواه البخاري
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, hendaklah
ia memuliakan tetangganya.” (HR. al-Bukhari),
2. Tidak melakukan sesuatu yang akan mengganggu mereka.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan
Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ
جَارَهُ
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, janganlah
ia menyakiti tetangganya.”
3. Bersabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَشْكُو
جَارَهُ ، فَقَالَ : اذْهَبْ فَاصْبِرْ … رواه أبو داود
“Seorang lelaki pernah datang kepada nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengadukan perihal tetangganya, mak beliau – shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda, pergilah Engkau dan bersabarlah.” (HR. Abu
Dawud)
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Inilah 3 hal di antara bentuk ketakwaan kepada Allah Ta’ala
dalam kehidupan kebertetanggaan kita yang ingin khotib sampaikan pada
kesempatan kali ini.
Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan taufik dan
hidayah-Nya sehingga kita bisa bertakwa kepada Allah Ta’ala di mana pun
kita berada termasuk saat kita berada di tengah-tengah tetangga-tetangga kita.
Aamiin
Semoga pula Allah menjadikan kita tetangga yang baik, semoga
pula Allah mengaruniakan kepada kita tetangga yang baik pula. Semoga Allah
memberikan hidayah kepada tetangga-tetangga kita yang masih kita jumpai dari
mereka hal-hal yang tidak baik, yang bertentangan dengan ajaran agama kita
Islam yang mulia.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(QS. Al-Ahzab :56)
اللهم صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ،
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، , وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ
نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لاَ
تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا
مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ
مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا إِنَّنَا
آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا آمَنَّا
بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا
ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
ربَّنَا إِنَّنَا
سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا
مَعَ الأبْرَارِ
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا
وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ
تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
رَبَّنَا لاَ
تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
رَبَّنَا لاَ
تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
رَبِّنا اجْعَلْنِا
مُقِيمَوا الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتنا ربَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
رَبَّنَا اغْفِرْ لِنا
وَلِوَالِدَيّنا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا آتِنَا مِن
لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً
رَبَّنَا آمَنَّا
فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَاماً
رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَّبَّنَا عَلَيْكَ
تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلى الله عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Tegakkan
Shalat Dengan Berjamaah
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ
اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله
عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita selalu memelihara ketakwaan kepada Allah Ta’ala,
dan marilah kita selalu berusaha menjaga shalat, baik shalat yang wajib maupun
yang sunnah.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan kenikmatan yang begitu banyak untuk kita, terutama nikmat Islam dan nikmat iman. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan kenikmatan yang begitu banyak untuk kita, terutama nikmat Islam dan nikmat iman. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Shalat merupakan salah satu rukun Islam. Oleh karenanya,
orang yang tidak mau melaksanakan shalat, seolah ia tidak beragama dan tidak
memiliki bagian yang dapat diharapkan dalam Islam.
Menegakkan shalat merupakan manifestasi keimanan seseorang.
Sebaliknya, meninggalkan shalat merupakan bukti yang nyata kekufuran seseorang.
Barangsiapa menjaga shalatnya, maka ia akan memiliki cahaya di hatinya, cahaya
di wajahnya, cahaya di alam kuburnya dan cahaya tatkala dibangkitkan dari
kuburnya. Ia akan mendapatkan keberuntungan pada hari kiamat, dan iapun akan
dikumpulkan bersama orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dari kalangan para nabi, shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang
shalih.
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah, pertama kali amal yang akan dihisab oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala pada hari kiamat kelak ialah shalat. Apabila shalat kita baik,
maka baiklah seluruh amalan kita. Akan tetapi, apabila shalat kita rusak, maka
rusaklah seluruh amalan kita.
Oleh karena itu janganlah menunda-nunda dalam mendirikan
shalat, apalagi tatkala kita mempunyai kelonggaran. Ingatlah selalu kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika waktu luang, niscaya Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan mengingat kita saat dalam kesempitan. Barangsiapa melupakan
Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka Allah juga akan melupakannya.
Barangsiapa menyia-nyiakan urusan Allah , maka Allah juga akan menyia-nyiakan
urusan orang tersebut.
Adakah di antara kita yang merasa aman dan merasa masih jauh
dari kematian, sehingga ia berkata “nanti saja untuk bertaubat”. Yaitu, setelah
merasa dekat dengan kematian, barulah bertaubat dan melaksanakan shalat?!
Padahal setiap hari kita selalu khawatir apabila sewaktu-waktu kematian datang
menjemput, pagi atau sore. Maut akan datang tiba-tiba, sementara kita tidak menyadarinya.
Lalu, setelah kematian, apa yang akan terjadi? Sungguh,
tidak ada lagi kesempatan untuk beramal. Yang ada hanyalah pemberian pembalasan
terhadap setiap perbuatan yang telah kita kerjakan. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
يَوْ مَئِذٍ يَصْدُرُالنَّاسُ أَشْتَا تًا لِّيُرَوْا
أَعْمَالَهُمْ {6} فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah: 6-7).
Oleh karena itu, sepantasnya kita segera bertaubat, mentaati
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Salah satu kewajiban dalam mengerjakan shalat, ialah
melaksanakannya di masjid dengan berjamaah. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ
الرَّاكِعِينَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah
beserta orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43)
Inilah jalan yang telah ditempuh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya. Salah seorang sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang bernama Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu
pernah berkata:
“Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah Ta’ala
sebagai seorang muslim, maka hendaklah dia menjaga shalat-shalat ditempat yang
diperintahkan. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan
jalan petunjuk kepada nabi kalian. Dan sesungguhnya shalat-shalat itu termasuk
di antara jalan petunjuk. Seandainya kalian shalat di rumah sendiri-sendiri
sebagaimana shalatnya orang-orang yang menyimpang, tentu kalian akan
meninggalkan sunnah Nabimu. Dan seandainya kalian meninggalkan sunnah Nabimu,
tentu kalian akan tersesat.
Seseorang yang berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian ia
pergi ke masjid, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menuliskan setiap
langkahnya dengan satu kebaikan yang akan mengangkat derajatnya. Dengan langkah
itu pula, akan dihapus satu kejelekannya. Dan saya perhatikan, tidaklah ada
yang meninggalkan ini kecuali orang-orang munafik yang telah jelas
kemunafikannya atau orang yang sedang sakit. Sungguh, diantara mereka (para
sahabat) ada seorang laki-laki yang mendatangi shalat berjamaah dengan dipapah
oleh dua orang, sehingga ia pun bisa berada di tengah-tengah shaf”.
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Melaksanakan shalat berjamaah di masjid merupakan salah satu
kewajiban yang harus dipenuhi. Orang yang mengerjakan shalat bersama jamaah,
berarti ia telah menunaikan kewajiban yang telah diperintahkan Allah Subhanahu
wa Ta’ala . Sedangkan orang yang tidak shalat berjamaah tanpa adanya faktor
atau udzur yang dibenarkan syariat, berarti ia telah bermaksiat kepada Allah Ta’ala
dan telah membahayakan dirinya sendiri. sebagian ulama mengatakan, barang siapa
meninggalkan shalat berjamaah tanpa udzur, maka shalatnya tidak sah. Demikian
juga dikatakan oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dari
riwayat Imam Ahmad.
Barang siapa menunaikan shalat dengan berjamaah, sungguh ia
telah mengumpulkan pahala. Karena shalat dengan berjamaah itu lebih utama
daripada shalat sendiri, pahalanya 27 derajat dibandingkan shalat sendiri.
Barang siapa yang meninggalkan shalat berjamaah tanpa adanya udzur, tetapi
hanya karena malas atau lalai, maka hal ini termasuk perbuatan dosa . Allah Subhanahu
wa Ta’ala mensifatinya seperti orang-orang munafik:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ
وَإِذَاقَامُوا إِلَى الصَّلاَةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَآءُونَ النَّاسَ
وَلاَيَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS.
An-Nisa: 142)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda
tentang mereka:
أَثْقَلَ الصَلَاةِ عَلَى المَنَافِقِيْنَ صَلَاةُ العِشَاءِ
وَصَلَاةُ الفَجْرِ، وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِيْهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ
حَبْوًا، وَالَّذِيْ نَفْسِ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ
يَجِدُ عَرَقًا سَمِيْنًا أَوْ مرماتين حسنتين لَشَهِدَ العِشَاءَ
Shalat paling berat atas kaum munafikin ialah shalat ‘isya’
dan shalat Subuh. Seandainya mereka mengetahui keutamaan pada kedua shalat itu,
niscaya mereka akan mendatanginya meski dengan merangkak. Demi Dzat, yang jiwa
Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari mereka akan
memperoleh tulang (dari kambing) yang gemuk atau daging yang terletak diantara
dua kuku yang bagus, niscaya ia akan mendatangi shalat Isya’ (karena tujuan
itu).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan,
seandainya orang-orang yang tidak mengikuti shalat berjamaah ini tahu bahwa
mereka akan mendapatkan keuntungan dunia yang hina ini, tentu dia akan
mendatanginya. Sungguh, kebanyakan dari orang-orang munafik yang tidak
mengikuti shalat berjamaah itu, seandainya mereka memiliki kepentingan dari
urusan-urusan dunia pada waktu subuh, tentu kita akan mendapatinya sangat
bersemangat dan tidak pernah terlambat.
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Disamping itu, shalat berjamaah juga akan lebih menumbuhkan
semangat, lebih tuma’ninah, menghilangkan sifat malas dan sifat tergesa-gesa,
serta menghindari keterlambatan mengerjakan shalat di luar waktunya. Shalat
dengan berjamaah, juga akan menumbuhkan rasa solidaritas dan kecintaan sesama
kaum muslimin, menyemarakkan masjid dan menampakkan syiar islam. shalat dengan
berjamaah dapat berfungsi menjadi sarana pengajaran untuk orang-orang yang
belum mengetahui, pengingat bagi yang lupa, dan banyak lagi
kemaslahatan-kemaslahatan lainnya.
Tidak bisa dibayangkan apabila Allah Ta’ala tidak
mensyariatkan shalat berjamaah, apakah yang terjadi dengan umat islam?
Umat islam akan bercerai berai, masjid-masjid terkunci, dan
tidak akan ada syiar jamaah yang bisa dilihat. Oleh karena itu, di antara
hikmah dan rahmat dari Allah Ta’ala bagi umat Islam ini, yaitu Allah Subhanahu
wa Ta’ala mewajibkan shalat berjamaah bagi kaum muslimin. Maka marilah kita
bersyukur kepada Allah dengan nikmat ini. Yakni dengan cara menunaikan
kewajiban shalat secara berjamaah. Hendaklah kita merasa malu kepada Allah Ta’ala,
tatkala melihat diri kita tidak termasuk dari golongan orang-orang yang
melaksanakan perintah-Nya. Begitu pula, hendaklah kita takut terhadap hukuman
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala , tatkala melihat diri kita bersama
dengan orang-orang yang melanggar larangan-Nya.
Kita memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala supaya
dimudahkan dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah kepada-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ:
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Setelah mengetahui pentingnya shalat, maka kita perlu
bertanya, mengapa masih ada di antara kita yang menyia-nyiakan shalat? Bahkan
merasa berat melakukannya secara berjamaah ? padahal shalat merupakan sarana
penghubung antara kita dengan Allah. Apabila tidak ada penghubung, bagaimana
seseorang dapat beribadah kepada-Nya, mencintaiNya dan merendahkan diri di
hadapan-Nya?
Bukankah suatu kerugian jika seseorang mendengar seruan
dunia dan perhiasannya, ia pun segera menyambutnya. Tetapi sebaliknya, tatkala
mendengar seruan Allah “hayya ‘alash-shalah…hayya ‘alal-falah”, ia merasa berat
dan berpaling darinya.
Oleh karena itu, saatnya kita memulai untuk memperhatikan
pelaksanaan shalat ini, dan melakukannya secara berjamaah di masjid. Sehingga
kita akan merasakan kenikmatannya.
إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Dosa-dosa
Besar Yang Dianggap Biasa
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala
karena dengan ketakwaan Allah memasukkan seorang hamba ke dalam surge-Nya,
mengampuni dosa-dosanya, memberinya jalan keluar dari permasalahan yang hamba
itu hadapi, dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan
kepada para hamba-Nya agama yang sempurna. Barangsiapa berpegang teguh dengan
agama ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala terangi hatinya dan didekatkan
kepada-Nya. Sebaliknya, barangsiapa menelantarkannya, maka Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan memberikan balasan setimpal. Allah mencintai dan
memerintahkan ketaatan serta membenci dan melarang kemaksiatan.
Kemaksiatan jiwa seperti racun bagi raga, diantaranya ada yang menyebabkan pelakunya keluar dari martabat islam; ada juga yang menyebabkan keluar dari islam.
Kemaksiatan jiwa seperti racun bagi raga, diantaranya ada yang menyebabkan pelakunya keluar dari martabat islam; ada juga yang menyebabkan keluar dari islam.
Sebagaimana Allah juga memuliakan para hamba-Nya dengan
menganugerahkan pahala yang besar sebagai balasan dari perbuatan kecil maupun
ringan, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan ancaman dosa yang
besar akibat perbuatan yang dilakukan dalam waktu singkat.
Lisan diantara anggota tubuh yang mudah digerakkan dan bisa
menghasilkan pahala ataupun dosa dalam waktu singkat. Perbuatan paling buruk
yang dilakukan manusia dengan lisannya adalah berdoa kepada selain Allah, dan
meminta hajat kepada orang-orang yang sudah mati dan patung-patung. Karena
berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala tergolong perbuatan
syirik yang bisa menghapuskan pahala semua amal kebaikan dan menyebabkan kekal
dalam neraka, sementara yang diminta juga tak kunjung diraih. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا
يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdoa
kepada selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat
dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka. (QS. Al-Ahqaf: 5)
Diantara dosa besar yang dilakukan dengan lisan adalah
mencela Allah, agama-Nya, dan rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman tentang orang-orang munaifk,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ
وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
.لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ
طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta
maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu
(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. at-Taubah:
65-66)
Barangsiapa yang bergegas melakukan kesyirikan, seperti
thawaf di sekitar kuburan, menyembelih untuknya, atau bernadzar untuknya, maka
dia terancam tidak diampuni dosanya. Karena pengaruh dosa ini sangat buruk pada
aqidah seseorang, maka mengancam dengan tidak memberikan ampunan terhadap
pelakunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا
دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. (QS. An-Nisa: 48)
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Ilmu ghaib disembunyikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
meskipun dari para malaikat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Katakanlah, “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui
kapankah mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml: 65)
Oleh karena itu, barangsiapa percaya kepada orang yang
mengaku tahu hal yang ghaib seperti para dukun atau orang pintar, berarti dia
telah berbuat kufur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَقَه بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ
بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Barangsiapa mendatangi dukun, lalu mempercayai apa yang
dikatakannya maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam .” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Itulah diantara kekufuran yang banyak dilakukan orang dalam
waktu singkat tapi dampak negatifnya begitu besar dan berbahaya serta akan
terasa dalam waktu yang tidak singkat.
Jika seseorang selamat dari kekufuran, maka hendaklah dia
bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena semua itu merupakan
karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun juga dia harus tetap
waspada, karena setan akan terus membujuk dan menjebaknya agar melakukan dosa
besar. Setan akan membujuknya agar memberikan kebebasan ke lisannya mengucapkan
kata-kata yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perkataan yang
paling keji adalah perkataan yang menodai kehormatan muslim. Oleh karena itu,
Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang ghibah (menggunjing) dan
menyamakannya dengan memakan bangkai saudara yang digunjingnya. Dan pada hari
kiamat orang yang menghibahi memiliki kuku panjang terbuat dari tembaga dan dia
akan mencakar-cakar wajah dan dadanya sendiri sebagai balasan atas perbuatan
buruknya.
Seandainya perkataan orang yang menghibahi dicampur dengan
air lautan, pasti dia dapat mencermarinya. Aisyah radhiyallahu ‘anha
berkata kepada Nabi, “Cukuplah dirimu memuji-muji Shafiyah, sesungguhnya dia
itu begini dan begitu” yaitu tubuhnya kecil; lalu Nabi bersabda, “Sungguh kamu
telah mengatakan suatu perkataan, jika dicampur dengan air laut pasti dapat
mengeruhkannya.” (HR. Abu Dawud)
Para Ulama salaf sangat ketat dalam menjaga lisan dari
maksiat ini. Imam Bukhari rahimahullah berkata, “Saya berharap menjumpai
Allah dan Dia tidak menghisabku karena aku mengghibahi orang lain.”
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Orang yang suka memfitnah orang lain merupakan saudara dekat
pelaku ghibah. Hukuman dan adzabnya akan dirasakan sejak ada dalam kubur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَتَّاتُ
Tidak masuk surga orang yang suka mengadu domba. (Muttafaqun
‘alaih)
Sebagaimana Islam melarang mengghibahi orang Muslim yaitu
mencelanya saat dia tidak ada, Islam juga melarang mencelanya di hadapannya,
Rasulullah bersabda:
سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوْقٌ
Mencela Muslim adalah kefasikan (Mutafaqun ‘Alaih)
Beliau juga bersabda:
مَنْ قَالَ لِأَخِيْهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا
أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلَّا رَجَعَتْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa berkata kepada saudaranya, ‘Wahai kafir maka
kekafiran itu bisa kembali kepada salah seorang diantara keduanya, jika
perkataannya benar, maka diterima, namun jika salah maka dialah yang
kafir.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan masih banyak lagi dosa yang dilakukan oleh manusia
dengan lisannya, misalnya qodzaf (menuduhkan perbuatan zina kepada orang yang
menjaga kehormatan), suka melaknat kaum Muslimin, suka melakukan kebohongan,
meminta-minta padahal dia sudah berkecukupan dan lain sebagainya.
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Dosa tidak hanya dilakukan dengan lisan, tapi juga anggota
tubuh lainnya. Oleh karena itu, jika seorang muslim menjaga lisannya, maka dia
juga harus menjaga anggota badannya. Karena ada beberapa perbuatan yang bisa
dilaksanakan dalam waktu singkat tapi dosanya besar. diantara yang paling besar
adalah membunuh seorang Muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ
خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا
عَظِيمًا
“Dan barangsiapa membunuh seorang Mukmin dengan sengaja maka
balasannya ialah jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa: 93)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّ أَهْلَ السَّمَاءِ وَأَهْلَ الأَرْضِ اِشْتَرَكُوْا
فِي دَمِّ مُؤْمِنٍ لَأَكَّبَهُمُ اللهُ فِي النَّارِ
Seandainya penduduk langit dan bumi berserikat untuk
menghabisi nyawa seorang Mukmin, pastilah Allah akan menyeret mereka semua ke
dalam neraka. (HR. Tirmidzi)
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Dosa besar lainnya adalah zina. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra: 32)
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Dosa yang paling
besar di sisi Allah adalah syirik, kemudian membunuh, kemudian berzina.” Karena
buruknya dosa zina, maka hukuman bagi pelaku zina yang sudah pernah menikah
adalah dirajam yaitu ditanam separuh badannya lalu dilempari oleh siapa saja
yang melewatinya sampai mati. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
melindungi kita dari perbuatan-perbuatan buruk yang bisa mendatangkan dosa-dosa
besar ini.
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
الحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
النَّبِيِ المُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Disamping dosa-dosa yang telah disebutkan pada khutbah
pertama, masih ada lagi dosa-dosa yang berkaitan dengan harta, seperti riba.
Riba walaupun sedikit bisa mencemari harta yang banyak dan melenyapkan
keberkahan harta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ وَاللَّهُ
لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276)
Dampak buruk lain dari riba yaitu Allah melaknat pemakan
riba, dan menyatakan perang terhadapnya. Barangsiapa diperangi oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala pasti dia akan celaka.
Dosa besar lainnya yang berkaitan dengan harta yaitu
mencuri. Perbuatan buruk ini diganjar laknat oleh Allah karena dia telah
mengambil hak orang lain dengan cara yang tidak benar.
Dosa lain yang berkaitan dengan harta yaitu merampas tanah
orang lain, meminjam harta dengan niat tidak mengembalikan, melakukan sogok,
menghambur-hamburkan harta dan masih banyak lagi yang lainnya.
Itulah diantara dosa-dosa yang sering dilakukan oleh manusia
dengan anggota badannya. Untuk melakukannya cukup waktu yang singkat tapi
akibat dari perbuatan itu akan dirasakan dalam waktu yang tidak terhitung lamanya.
Tidakkah ini membuat hati-hati kita menjadi sadar?
Kewajiban kita adalah menjaga seluruh anggota badan kita
agar tidak terjebak dalam perbuatan dosa. Jika misalnya, wal’iyadzubillah
sudah terjebak dalam perbuatan dosa, maka hendaklah segera bertaubat dan jangan
putus asa. Semoga Allah memahami dosa-dosa itu lalu mendorong organ-organ yang
lain untuk menjauhinya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالحَقِّ
وَأَنْتَ خَيْرُ الفَاتِحِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعَا وَرِزْقًا
طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber: Majalah As-Sunnah edisi 02/Thn XVI/Rajab 1533H/Juni
2012M
Metode Bijak
Memperbaiki Aib
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Ada suatu kalimat yang sangat berharga, yaitu “semoga Allah
merahmati orang yang menunjukkan kepadaku kesalahanku”.
Ungkapan agung yang memiliki banyak makna mulia ini
diycapkan oleh Umar bin Abdul Aziz. Sebuah ungkapan yang mudah diucap namun
sulit untuk dipraktikkan kecuali oleh mereka yang memiliki jiwa besar, kokoh,
hati yang suci, dan tawadhu’, yang mampu dan siap menerima serta menyadari aib
yang ada pada dirinya, menghadapinya dengan tegar, dan kemudian fokus pada
usaha untuk selalu memperbaikinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَايُلَقَّاهَآ إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَايُلَقَّاهَآ
إِلاَّ ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. Fushshilat/41:35)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Tidak ada seorang pun di dunia yang luput dari aib. Namun
terkadang, kita tidak jujur terhadap diri kita. Kita tidak siap mental menerima
aib kita, sering terkesan membela-bela diri dan tidak mau menerima aib kita
yang terungkap. Seandainya energi yang kita pergunakan untuk membela diri itu
kita alihkan untuk melaksanakan ketaatan, maka perlahan namun pasti, aib-aib
kita itu akan terlihat oleh kita. Kita akan bisa mengetahui aib yang kita
miliki; apalagi jika kita memiliki teman yang baik, yang selalu mengingatkan
kita kepada dzikrullah dan mengingatkan kita terhadap aib kita, tanpa bermaksud
mencela ataupun menyebarkannya kepada khalayak ramai.
Seorang Ulama Salaf menyatakan, “Saudaramu yang selalu
mengingatkanmu kepada Allah, membertahukan aib-aibmu itu lebih baik bagimu
daripada yang menaruh beberapa uang dinar di tanganmu”
Jamaah Jumat rahimakumullah
Terbongkarnya aib seseorang, baik lewat pemberitahuan
seorang teman yang baik kepadanya ataupun melalui proses evaluasi diri bisa
jadi merpakan tanda kebaikan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala inginkan
pada diri orang tersebut. karena orang yang mengetahui dan menyadari aibnya,
akan bisa melakukan perbaikan-perbaikan di masa-masa yang akan datang. Semakin
banyak aib yang terlihat, semakin besar usaha yang dilakukannya. Oleh kerena
itu, mestinya kita berterima kasih kepada orang yang mengingatkan kita terhadap
aib kita. Karena dengan itu, kita jadi tersadar dan akhirnya berkesempatan
memperbaiki diri. Namun sekarang sering terbali, mestinya kita berterima kasih,
malah kita marahi dan kitabenci dengan berbagai alasan.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Dalam islam, ada adab-adab yang harus diperhatikan saat
hendak menyampaikan aib ke orangnya. Yaitu hendaklah dilakukan dengan cara
bijaksana, menjunjung tinggi adab kesantunan, cara yang baik, kalimat yang
indah, menenangkan dan bisa melapangkan dada, dengan lemah-lembut
tanpakekerasan, nasihat secara diam-diam, sindiran dan bukan dengan cara
terang-terangan. Demikian ini akan lebih mudah diterima; karena adab dalam
menyampaikan, ungkapan cinta dan pujian memiliki pengaruh yang sangat kuat.
Demikian juga orang yang menerima pemberitahuan tentang aib
dirinya, hendaklah lebih mendahulukan prasangka baik dalam responnya, sehingga
dia lebih mudah berlapang dada dengannya.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Dalam syariat, terdapat aturan dalam menyikapi aib diri kita
juga aib orang lain yaitu hendaknya kita menutupinya, sebagaimana Allah Subhanahu
wa Ta’ala menutupi aib kita tersebut juga aib orang lain. Karena Allah Maha
Penutup dan mencintai orang yang menutupi aib. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَلِيْمٌ حَيٌّي سَتِيْرٌ يُحِبُّ
الحَيَاءَ وَالسِتْرَ
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemurah,
kekal, dan Maha Penutup, Dia mencintai rasa malu dan sikap sitru (menyembunykan
aib). (Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عن أَبَي هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- يَقُولُ « كُلُّ أُمَّتِى مُعَافَاةٌ إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ
وَإِنَّ مِنَ الإِجْهَارِ أَنْ يَعْمَلَ الْعَبْدُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ
يُصْبِحُ قَدْ سَتَرَهُ رَبُّهُ فَيَقُولُ يَا فُلاَنُ قَدْ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ
كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ فَيَبِيتُ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ
وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap
umatku diampuni kecuali Mujahir (orang yang membuka aib sendiri), dan termasuk
perbuata membuka aib, seperti seorang hamba yang melakukan sebuah perbuatan
pada mala hari kemudian keesokan harinya ia berkata, ‘Wahai fulan! Tadi malam
aku telah melakukan ini dan itu, padahal malam harinya Allah menutupi
perbuatannya, akan tetapi keesokan harinya ia membuka penutup yang Allah telah
berikab”. (HR. Muslim)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Jika seorang hamba tergelincir dalam perbuatan maksiat, lalu
ia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu Allah menutupi aibnya
tersebut di dunia, mka dia juga harus menutupi aibnya tersebut. barangsiapa
menutup aibnya, maka ia akan selamat dari celaan manusia dan terhindar dari
murka Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah. Aku pernah mengobati seorang perempuan
di ujung Madinah lalu aku tidak sekedar menyentuhnya (maksudnya menzinahinya),
maka ini aku datang kepadamu. Berilah aku hukuman yang engkau kehendaki !”
kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seandainya engkau menutupi
dirimu, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutupinya,” dan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam diam tidak menjawab, kemudian laki-laki itu berdiri dan
pergi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun memerintahkan seseorang
untuk menyusul dan memanggil laki-laki tadi, kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam membacakan padanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
:
وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ
الَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى
لِلذَّاكِرِينَ
“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang bai itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat” (QS Hud/11:14)
Salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah ayat
itu khusus untuk orang itu saja?” Nabi bersabda, “(Tidak) akan tetapi untuk
semua manusia”. (HR. Muslim)
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Larangan menyebarkan aib akan membantu pelaku aib itu
sendiri untuk bertaubat. Karena, jika aib itu disebarkan, maka bisa jdi
perbuatan itu akan merusak dan bisa jadi akan membuat peakunya semakin nekat
dan berani berbuat dosa. Sebaliknya, manutupi aib bisa menjadi terapai dengan
tetap menjaga harga diri dan kesucian, juga bisa semakin manguatkan ikatan
cinta dan kasih sayang serta membangun sebuah pondasi yang agung, yaitu
husnudzan di antara orang-orang mukmin.
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Sesungguhnya
seorang mukmin itu akan senantiasa menutupi aib dan menasehati; sedangkan orang
munafik dan pendosa senantiasa akan membuka aib serta mencela.”
Sungguh sangat beda antara orang yang menunjukkan aib
sebagai nasehat yang dilandasi kecintaan dengan orang sibuk dan senang
mencari-cari kesalahan orang lain, siang dan malam. Ini adalah penyakit
tercela, manakala seseorang melepaskan lisannya kemudian memata-matai manusia.
Dia akan semakin lemah badannya, usianya terus bertambah, hatinya semakin
sakit, waktunya tersia-sia, sementara dia tidak menyadari aibnya sendiri.
Iyadzan bilah
Mestinya kita berhati-hati dan selalu menjaga diri kita.
Salah seorang salaf berkata, “Saya terkadang melihat sesuatu (yakni aib orang
lain) yang tidak aku sukai, namun aku tidak berani mengucapkannya karena aku
takut akan tertimpa dengan semisalnya.” Yang lain berkata, “Kami telah
diberitahu bahwa orang yang paling banyak kesalahannya adalah yang paling
sering menyebut kesalahan manusia.”
Diriwayatkan dari Abi Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ
الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ،
فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ
يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ
“Hai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun imannya
tidak sampai ke hatinya! janganlah kalian menggunjing kaum Muslimin ! jangan
pula kalian mencari-cari kesalahan mereka. sesungguhnya, orang yang
mencari-cari aib Muslimin, maka Allah akan mencarai kesalahannya. Barangsiapa
yang Allah cari kesalahannya, maka Allah akan membuka keburukannya di dalam
rumahnya.” (HR. Abu Dawud)
Hendaklah hadits ini menjadi renugnan bagi kita. Sehingga
kita akan semakin bijak dalam menyikapi aib kita dan orang lain, karena tidak
seorangpun yang bersih dari aib. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
senantiasa membimbinga kita dan semua kaum muslimin dalam memperbaiki aib
masing-masing kita.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber: Majalah As-Sunnah, Edisi 08/Thn. XVII/Shafar
1435/Desember 2013 M
Perdamaian
Itu Lebih Baik
Khutbah Pertama
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya takwa
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bekal terbaik bagi setiap orang
yang mengharap rahmat-Nya. dengan takwa, seseorang akan mendapatkan rezeki dari
arah yang tidak disangka dan dia akan mendapatkan kemudahan setelah kesusahan,
dan kelapangan setelah kesempitan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا
هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (يونس : 62 ، 63)
“Ingatlah sesungguhnya wali-wali (kekasih-kekasih Allah itu
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus:
62-63)
Kaum Muslimin rahimakumullah
Kaum Muslimin rahimakumullah
Sesungguhnya pengetahuan manusia, keinginan, dan watak
mereka itu berbeda-beda meskipun mereka berasal dari bapak dan ibu yang sama
(yaitu Nabi Adam dan Hawa). Dan sebenarnya ini merupakan ujian, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ
وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi yang
lain.Sanggupkah kamu bersabar Dan Rabbmu Maha Melihat.” (QS. Al-Furqan: 20)
Sebagian orang ada yang berkepribadian bijak, arif dan penuh
toleran. Dia tidak mudah emosi dengan sedikit kalimat yang dia dengar.
Sebagian lagi, ada juga yang ceroboh, nekat, mudah tertipu,
tidak sabar, mudah tersulut perkataan lalu berlaku konyol. Lisan dan tindak-tanduknya
mendahului akalnya.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Seorang Mukmin adalah seorang juru damai yang agung, yang
bisa menghimpun bukan memecah belah, yang memperbaiki bukan merusak; bijak
dalam mendamaikan pihak yang bertikai. Dan sebagai imbal baliknya, banyak orang
yang mendoakan kebaikan untuknya dan memujinya karena dia telah mendamaikan dan
menyelamatkan dari perpecahan.
Orang yang memperhatikan realita saat ini, dia akan dapati
adanya keretakan yang menggores kemurnian kecintaan dan jalinan persaudaraan.
Hal ini nampak dari hawa nafsu yang dituruti, kebakhilan dan ketamakan yang
diikuti, dan kebanggaan terhadap pendapat sendiri.
Sungguh benar Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika beliau bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ
فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ ، وَلَكِنْ فِي التَحْرِيْشِ بَيْنَهُمْ
Sesungguhnya syaitan telah putus asa dari (mendapatkan)
penyembahan dari orang-orang yang shalat di jazirah arab, akan tetapi dia akan
selalu mengadu domba di antara mereka. (HR. Muslim no. 2812).
Ketika terjadi pertengkaran dan pertikaian, maka perdamaian
menjadi suatu yang sangat terpuji. Jika perselisihan adalah keburukan,
pertengkaran dan pertikaian adalah aib, maka sebaliknya, perdamaian dan usaha
mendamaikan adalah sebuah rahmat. Meski perbedaan pendapat pada manusia adalah
hal yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana
firman-Nya:
وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَلاَيَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
“Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.” (QS. Hud: 118)
Namun Allah mengecualikan darinya orang-orang yang mendapat
rahmat-Nya.
إِلاَّمَن رَّحِمَ رَبُّكَ
“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu.” (QS.
Hud: 119)
Perdamaian yang terwujud pada umat akan menjadikannya indah,
namun jika hilang maka berbagai keburukan tidak akan terhindarkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Dan perdamaian itu lebih baik.” (QS. An-Nisa: 128)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ
Sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan
diantara sesamamu.(al-Anfal: 1)
Allah Subhanahu wa Ta’ala befirman,
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ
بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ (النساء : 114)
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian diantara manusia.” (QS. An-Nisa:
114)
وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا
فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang Mukmin berperang
maka damaikanlah antara keduanya.” (QS. Al-Hujurat: 9)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ
“Sesugguhnya orang-orang mukmin adalah saudara.” (QS.
Al-Hujurat: 10)
Dan sungguh tidak ada di dunia juru damai yang sekelas
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau mendamaikan
suku-suku, antar individu-individu dan kelompok masyarakat. Beliau juga
mendamaikan pasangan suami-istri, dua orang yang berutang-piutang, dan juga
juru damai dalam penegakkan hak harta, nyawa dan kehormatan. Bagaimana tidak,
padahal beliau sendiri bersabda:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلِ مِنْ دَرَجَةِ الصِيَامِ
وَالصَلَاةِ وَالصَدَقَةِ قَالُوْا بَلَى قَالَ صَلَاحَ ذَاتَ البَيْنِ فَإِنَّ
فَسَادَ ذَاتَ البَيْنِ هِيَ الحَالِقَةُ
“Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama
daripada puasa, shalat dan sedekah? Para sahabat menjawab, “Tentu wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu mendamaikan perselisihan diantara kamu,
karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah pencukur (perusak agama).” (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi)
Disebutkan di dalam sebuah hadits;
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ : أَنَّ أَهْلَ
قُبَاءِ اقْتَتَلُوْا حَتَّى تَرَامُوْا بِالحِجَارَةِ فَأَخْبَرَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِذَلِكَ فَقَالَ ( اِذْهَبُوْا بِنَا نُصْلِحُ
بَيْنَهُمْ(
Dari Sahal bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, bahwa penduduk
Quba’ telah bertikai hingga saling lempar batu, lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dikabarkan tentang peristiwa itu, maka beliau bersabda:
Mari kita pergi untuk mendamaikan mereka. (HR. al-Bukhari)
أقول ما تسمعون وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين
فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua:
الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على النبي المصطفى وعلى آله
وصحبه ومن والاه، أما بعد:
Wahai kaum Muslimin, semoga Allah selalu menjaga kita semua.
Sesungguhnya perdamaian termasuk diantara sebab munculnya
rasa cinta dan perekat keretakan. Terkadang perdamaian itu lebih baik daripada
hukum yang diputuskan hakim. Dalam perdamaian, ada pahala dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan ada dosa yang dihapuskan. Termasuk didalamnya, pertikaian
dalam rumah tangga.
Namun untuk kita sadar bersama, bahwa semua upaya damai itu
tidak akan terwujud kecuali dibarengi keinginan kuat yang nyata serta niat
tulus dari semua pihak, antara juru damai dan yang didamaikan. Karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengaitkan perdamaian itu dengan adanya kemauan yang baik dari
semua pihak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنْ يُرِيْدَا إِصْلَاحَا يُوَفِقِ اللهُ بَيْنَهُمَا
“Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufiq kepada suami-istri itu.” (QS. An-Nisa: 35)
Suatu ketika, Imam Hasan al-Bashri rahimahullah didatangi
oleh dua orang yang bertikai dari Tsaqif. Lalu sang Imam berkata, “Kalian
berdua masih satu kelompok dan satu kerabat, (kenapa) masih saja bertikai?”
mereka menjawab, “Wahai Abu Sa’id, kami hanya ingin damai. “Beliau rahimahullah
berkata, “Ya. Kalau begitu kalian bicaralah!” Akan tetapi keduanya malah saling
melempar tuduhan dusta ke lawannya. Melihat ini, sang Imam menjawab, “Demi
Allah! Kalian dusta! Bukan perdamaian yang kalian inginkan, karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Jika kedua orang hakim itu bermaksud
mengadakan perbaikan niscaya Allah memberi taufiq kepada suami-istri itu.” (QS.
An-Nisa: 35)
Oleh karenanya bertakwalah wahai para hamba Allah! Sudahi
dan hentikanlah pertengkaran dan pertikaian, terutama yang disebabkan hal-hal
remeh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا
وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ )الشورى : 40(
“Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya
atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
zhalim.” (QS. Asy-Syura: 40)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi saya dan
anda semuanya dengan al-Qur’an dan mencurahkan manfaat dari isinya berupa
ayat-ayat dan hikmahNya yang Maha Bijak. Itulah yang aku ucapkan, jika itu
benar maka kebenaran dari Allah. Jika ada yang salah maka dari diri saya
sendiri dan dari syetan. Dan aku beristighfar kepada Allah, sesungguhnya Ia
Maha Pengampun.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Akhlak
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan terus berupaya menjalankan perintah-perintahNya dan
menjauhi semua laranganNya. Diantara perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
teladan terbaik bagi kaum Mukminin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن
كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab: 21)
Untuk meneladani dan mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupannya. Maka pada hari ini, kita akan sedikit saling mengingatkan tentang keagungan pribadi dan akhlak Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dengan mengenal dan terus mengingatnya, kita akan semakin terpacu untuk mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Untuk meneladani dan mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupannya. Maka pada hari ini, kita akan sedikit saling mengingatkan tentang keagungan pribadi dan akhlak Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dengan mengenal dan terus mengingatnya, kita akan semakin terpacu untuk mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah pribadi yang sangat agung, yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Akhlak
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memadukan antara pemenuhan terhadap
hak Allah, sebagai Rabbnya dan penghargaan kepada sesama manusia. Dengannya,
hidup menjadi bahagia dan akhirnya berubah manis. Bagaimanakah akhlak
Rasulullah itu? Berikut diantaranya:
Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah seorang hamba yang banyak sekali bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
atas nikmat-nikmatNya dan sering bertaubat dan beristigfar. Bahkan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah shalat sampai kedua kaki beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bengkak, sehingga ada yang mengatakan:
يَا رَسُوْلَ اللهِ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Wahai Rasulullah! Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang
telah lewat dan yang datang?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan ringan menjawab, “Tidakkah patut aku menjadi hamba yang banyak
bersyukur?!”
Meski beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
pandai bersyukur kepada atas segala limpahan nikmat-Nya, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam tetap saja banyak beristighfar, memohon ampun kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
وَاللهِ إِنِّى لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي
اليَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
“Demi Allah! Sesungguhnya aku beristigfar, memohon ampun
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih dari 70 kali dalam sehari.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat
takut terhadap murka Allah Subhanahu wa Ta’ala jika beliau melihat
gumpalan awan, terlihat di wajah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
isyarat seakan tidak suka. Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menanyakan hal
tersebut, “Wahai Rasulullah ! orang-orang umumnya senang melihat gumpalan awan
karena berharap guyuran hujan, sementara engkau terlihat tidak suka.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا عَائِشَةُ وَمَا يُؤْمَنُنِي أَنْ يَكُوْنَ فِيْهِ عَذَابٌ
قَدْ عُذِّبَ قَوْمُ بِالرِيْحِ
“Wahai Aisyah! Adakah yang memberi jaminan kepadaku bahwa
tidak ada adzab dibalik awan itu? Karena ada juga kaum yang diadzab dengan
menggunakan angin.”
Meski demikian, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang paling berani. Pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan
oleh suara keras, sehingga mereka semua bergegas menuju kearah suara. Saat
mereka sedang berangkat menuju sumber suara, justru mereka berjumpa dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang dalam perjalanan
pulang dari sumber suara. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telanh
mendatangi sumber suara sebelum yang lain.
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga seorang
yang sangat lembut dan tidak tergesa-gesa. Suatu ketika beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah berjumpa dengan seorang arab badui lalu orang itu
menarik selendang yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kenakan di
pundak sehingga meninggalkan bekas pada pundak beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam . lalu orang itu berkata, “Wahai Muhammad, berilah aku sebagian dari
harta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadamu!” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak marah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menoleh dan menyuruh kepada para sahabatnya agar memberikan sesuatu kepada
orang ini.
Kisah lain datang dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
yang pernah tinggal dan membantu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
selama 10 tahun, baik dalam perjalanan maupun ketika di rumah. Anas
radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam selama 10 tahun tidak pernah mengatakan ‘Uh’ kepadanya. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam juga tidak pernah menyalahkan Anas radhiyallahu ‘anhu terhadap
apa yang dilakukan, dengan mengatakan, “Kenapa engkau melakukan ini?” atau
terhadap apa yang tidak dilakukan, dengan mengatakan, “Kenapa engkau
tinggalkan?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
memukul siapapun dengan tangan beliau, meskipun seorang pembantu kecuali dalam
kondisi jihad fi sabilillah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
tidak pernah melakukan aksi pembalasan terhadap semua perlakuan buruk yang
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam alamai kecuali jika perlakuan buruk
tersebut sudah masuk kategori pelanggaran terhadap apa yang diharamkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka saat itu beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam melakukan pembalasan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Betapa tinggi serta muli akhlak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَ إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. al-Qalam: 4)
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yang
paling agung, paling mulia dan paling luhur akhlaknya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan perbuatan nista, tidak pernah
mencela dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah tipe orang
yang suka malaknat.
Jika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi dua
pilihan, maka beliau akan memilih yang paling ringan dan mudah selama pilihan
yang paling ringan dan mudah itu tidak mengandung dosa. Jika mengandung dosa,
maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling jauh
darinya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga adalah
seorang yang sangat dermawan terutama pada bulan Ramadhan. Kedermawanan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengalahkan angin yang berhembus. Jika ada yang meminta
sesuatu kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam atas nama islam,
maksudnya untuk memotivasinya agar masuk, maka pasti beliau akan berikan,
meskipun itu besar. Perhatikanlah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan sekawanan kambing kepada seorang laki-laki. Setelah
mendapatkan pemberian yang sangat banyak tersebut, orang itu pulang ke kaumnya
dan mengatakan:
يَا قَوْمُ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْنِي
عَطَاءَ مَنْ لَا يَخْشَى الفَاقَة
“Wahai kaumku, masuklah kalian ke agama Islam, karena
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sesuatu sebagaimana
pemberian orang yang tidak takut kemiskinan.”
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Akhlak mulia beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berikutnya adalah beliau sangat zuhud terhadap dunia, padahal beliau
Rasulullah, utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala , Rabb yang maha kaya. Jika
beliau menginginkan dunia, maka pasti beliau bisa mendapatkannya, namun beliau
tidak menginginkannya. Ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
diberikan pilihan antara hidup di dunia semaunya ataukan menemui Rabbnya,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih untuk menemui Rabbnya,
maksudnya meninggal.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menahan
lapar selama berhari-hari, karena tidak memiliki makanan yang bisa digunakan
untuk mengganjal perut.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan
dunia ini tanpa meninggalkan harta warisan berupa emas, perak maupun binatang
ternak. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya meninggalkan senjata
dan baju besi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang digadaikan
kepada seorang Yahudi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Subhanallah,
bagaimanakah dengan kita ?! padahal beliau adalah Rasulullah, yang pasti
terjaga dan tidak akan terperdaya oleh dunia.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
pemimpin juga sangat perhatian dengan umatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam kadang jalan untuk melihat dari dekat keadaan para janda dan
orang-orang miskin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam penuhi
panggilan atau undangan mereka dan jika mampu, beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam memenuhi kebeutuhan mereka.
Pergaulan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
hanya sebatas orang-orang dewasa saja, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
terkadang mendatangi dan mengucapkan salam kepada anak-anak kecil serta
mencandai mereka. Namun perlu diingat bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak pernah mengucapkan perkataan dusta, meski sedang bercanda.
Pernah ada yang mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
:
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّكَ تُدَاعِبُنَا قَالَ إِنِّي لَا
أَقُوْلُ إِلَّا حَقًا
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mencandai kami,”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya saya tidak
mengucapkan apapun kecuali yang benar”
Itulah sedikit gambaran akhlak Muhammad Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, orang yang diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh
alam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya’: 107)
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 09/Thn XVII/Rabiul Awwal
1435/Januari 2014 M.
Sucikan Diri
Benahi Hati
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan terus berupaya menjalankan perintah-perintahNya dan
menjauhi semua laranganNya. Diantara perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan
terbaik bagi kaum Mukminin.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Sejak dahulu kala semua orang yang berakal, berpendidikan
dan berbudaya mendambakan penyucian jiwa dan perbaikan hati. Mereka menempuh
berbagai cara, menerapkan metode-metode dan meniti banyak jalan untuk menggapai
cita-cita tersebut. Namun ada di antara mereka yang justru menyiksa diri
sendiri dengan melakukan perkara-perkara yang melelahkan dan menyakitkan karena
tidak sesuai syariat. Akibatnya, perbuatan-perbuatan ini menyeret dan
menenggelamkan mereka ke dalam syahwat, kelezatan dunia, menzhalimi jiwa, dan
menyibukkan diri dengan metode-metode, pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan, dan tidak sejalan dengan akal sehat.
Namun, orang yang bisa bersikap adil, dan bisa menilai perkara-perkara
dengan bijak, akan menyatakan bahwa metode menyucikan diri telah dijelaskan
oleh Alquran dan Hadits dengan sangat jelas dan dijamin mampu menghantarkan
kepada kebahagiaan yang hakiki.
Ibadallah…
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul dan
mewahyukan kitab-kitab untuk menunjukkan kepada manusia bagaimana metode
menyucikan jiwa dan memperbaiki hati. Realisasi hal ini adalah dengan
mentauhidkan Allah, yaitu beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan ini
merupakan hikmah penciptaan makhluk, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar
mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ibadallah…
Tauhid mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam
menyucikan jiwa dan membenahi hati seorang muslim. Tauhid mampu menyatukan
tujuan dan maksud, serta menyelaraskan antara ilmu dengan amal. Sehingga
pemahaman, akidah, amalan, kehendak, kecenderungan, dan kegiatan seorang muslim
berjalan menuju satu arah dan serasi, tidak ada kontradiksi. Dengan demikian,
beban kehidupan dapat hilang dari pundak seseorang, akibat dari kontradiksi
antara tujuan dan perbuatan.
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah
Diantara yang bisa menyucikan jiwa dan memperbaiki hati
adalah memperbaharui terhadap keimanan secara berkesinambungan.
Iman itu perlu diperbaharui karena dia dapat lusuh seperti
pakaian. Oleh karena itu, para sahabat Rasulullah menggandeng tangan saudaranya
yang lain seraya mengatakan, “Marilah kita perbaharui iman kita meskipun
sesaat” kemudian mereka duduk di suatu majlis, lalu berdzikir kepada Allah.
Dzikrullah, membaca Alquran, melakukan ketaatan adalah cara
ampuh untuk memperbaharui iman yang bersemayam dalam jiwa seorang mukmin.
Karena iman itu bisa bertambah dengan sebab perbuatan taat dan berkurang dengan
sebab kemaksiatan. Dalam usaha meningkatkan keimanan, seorang mukmin mestinya
benar-benar bersandar kepada Allah sehingga akan menghasilkan buah yang penuh
barakah yaitu kesucian jiwa, sebagaimana disabdakan oleh Nabi yang mulia dalam
doanya shallallahu ‘alaihi wasallam :
اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ
مَنْ زَكَّاهَا
“Ya Allah ! Berikanlah ketakwaan kepada jiwaku dan
sucikanlah jiwaku, sungguh Engkau Pembersih jiwa terbaik”
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah
Termasuk jalan untuk menyucikan jiwa dan memperbaiki hati
adalah selalu mengingat-ingat nikmat-nikmat yang sangat banyak yang telah Allah
Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ
اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan Jika engkau menghitung nikmat Allah kamu tidak akan
mampu menghitungnya,” (QS. An-Nahl: 18)
Orang yang senantiasa mengingat nikmat-nikmat ini akan
menyadari ketergantungannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga
dia akan fokus dalam beribadah dengan khusyu. Bagaimana tidak?! semua yang dia
rasakan saat ini seperti hidup, sehat, harta, anak, terhormat dan lain-lainnya
adalah pemberian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala . Allah memberikannya
dengan cara dan dalam waktu yang Allah pilih, bisa saja pemberian ini diambil
setiap saat, tanpa ada yang mampu menghalangi-Nya.
Kesadaran akan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang melimpah ini bisa mendorong seorang hamba untuk menyadari kelemahan
dirinya dan menyadari betapa ia sangat butuh kepada Rabbnya dalam semua urusan.
Namun, mengingat nikmat mesti diiringi dengan amalan yang diridhai dan dicintai
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga bernilai pada hari Kiamat.
Realisasinya yaitu dengan mengerjakan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran-kemungkaran, dengan tetap mengutamakan amalan-amalan fardhu, karena
amalan fardhu merupakan amalan yang paling bisa mendekatkan seorang hamba
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah
Diantara yang dapat mensucikan jiwa adalah melakukan
amalan-amalan hati.
Ma’asyiral Muslimin,
hati ibarat raja bagi anggota badan, jika hati itu baik maka semua anggota
badan akan baik dan apabila hati rusak maka semua anggota badan ikut rusak.
Termasuk perbuatan hati yang paling penting dan paling agung
adalah niat dan tujuan seseorang dalam beramal. Niat ini memiliki peran penting
dalam masalah diterima atau tertolaknya amal seorang muslim. Oleh karena itu
hendaknya kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dijadikan termasuk
orang-orang yang ikhlas dalam beramal.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ:
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah
Sarana berikutnya yang bisa mensucikan jiwa dan membenahi
hati seorang muslim adalah bertaubat dari semua dosa. Karena tidak seorang
manusia pun yang luput dari dosa. Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa
taubat adalah ibadah yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Sungguh
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat. Seandainya taubat itu bukan amalan
yang paling dicintai oleh Allah, tentu Allah tidak menguji manusia yang paling
mulia dengan dosa. Namun karena Allah mencintai taubat hamba-Nya maka Allah
menguji hamba tersebut dengan dosa.
Taubat mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki
ketaatan-ketaatan lain. Oleh karena itu, Allah sangat senang dengan taubat
hamba-Nya. Sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam seperti senangnya orang saat menemukan kembali hewan tunggangannya
yang hilang padahal berisi semua bekal perjalanannya, ketika dia sedang safar
di tanah yang sangat gersang sekali.
Kegembiraan Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu memiliki
pengaruh besar pada hati orang yang bertaubat. Orang yang bertaubat yang
menyadari ini akan merasakan kegembiraan yang tidak bisa diungkap dengan
kata-kata. Ini termasuk rahasia kenapa seorang hamba ditakdirkan berdosa lalu
bertaubat. Karena saat bertaubat, seseorang akan menyadari dengan hati dan
mengakui dengan jujur betapa hina dan rendah dirinya di hadapan Allah Subhanahu
wa Ta’ala . Kesadaran dan pengakuan seperti lebih dicintai oleh Allah
daripada perbuatan-perbuatan zahir dalam jumlah yang banyak. Inilah inti
penghambaan seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah
Memang semua ibadah yang dilakukan seseorang akan
memunculkan rasa tunduk dan patuh kepada Allah, namun ketundukan yang muncul
dari taubat lebih kuat daripada yang lainnya. Perbuatan dosa yang dilakukan
seseorang lalu disesali dan bertaubat darinya akan mendorong dia untuk
melakukan berbagai perbuatan taat, baik yang bersifat fisik maupun bersifat
amalan hati seperti muncul rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
malu kepada Allah, bersimpuh di hadapan Rabbnya, mengaku, menangisi
kesalahannya serta sangat berharap maghfirah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
. Ini jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan perbuatan taat namun
menimbulkan rasa ujub pada diri pelakunya.
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah
Taubat yang dilakukan oleh seseorang wajib memenuhi
syarat-syaratnya yaitu berhenti dari perbuatan dosanya dan bertekad untuk tidak
akan mengulanginya, menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan, dan apabila dosa
itu berhubungan dengan manusia maka harus ada syarat keempat, yaitu meminta
maaf kepadanya. Disamping hal-hal di atas, taubat seharusnya juga mendorong
seseorang untuk tetap istiqamah melakukan berbagai perbuatan taat. Karena inti
taubat itu adalah kembali kepada Allah dengan cara mengerjakan apa yang Allah
cintai dan meninggalkan apa yang Allah benci atau haramkan.
Semua yang bertaubat adalah orang yang beruntung, namun
seseorang tidak dikatakan beruntung kecuali jika dia menjalankan perintah dan
menjauhi larangan. Allah berfirman:
وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Dan barang siapa yang belum bertaubat, maka mereka itu
adalah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Orang yang meninggalkan perintah adalah orang zhalim,
sebagaimana orang yang mengerjakan larangan juga zhalim. Seseorang akan disebut
tidak zhalim jika dia menjalankan kedua-duanya yaitu menjalankan perintah dan
menjauhi larangan.
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah
Itulah beberapa hal yang bisa membersihkan dan mensucikan
jiwa seorang mukmin. Dan masih banyak lagi sarana-sarana yang bisa dilakukan
oleh seseorang untuk menggapai kesucian jiwa. Intinya, yaitu melaksanakan
perintah dan meninggalkan larangan dari Allah dan Rasul-Nya menjadi sarana
untuk membersihkan diri manusia dari noda dosa.
Akhirnya khatib berwasiat jika kita hendak menjaga dan ingin
menggapai kebersihan jiwa maka hendaklah kita senantiasa mengikuti metode dan
sarana dari Kitabullah dan Sunnah Nabi, dengan tujuan mencari ridha Allah.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Majalah As-Sunnah, edisi 10/tahun XV/Rabi’ul Awwal
1433H/Februari 2012M
Urgensi
Sifat Yakin
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً
سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan jamaah
sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala, melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bertakwa dengan cara menaati-Nya
bukan berbuatk maksiat kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya bukan malah
mengkufurinya, dan selalu mengingat-Nya bukan melupakan-Nya.
Segala puji bagi-Nya Rabb semesta alam, yang telah mengaruniakan berbagai kenikmatan yang tak terhingga. Shalawat dan salam bagi penghulu para rasul, kekasih dan penyejuk hati kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Segala puji bagi-Nya Rabb semesta alam, yang telah mengaruniakan berbagai kenikmatan yang tak terhingga. Shalawat dan salam bagi penghulu para rasul, kekasih dan penyejuk hati kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Sifat yakin dan keteguhan hati adalah satu hal penting
yang selalu dirindukan oleh orang yang berakal sehat, sebagai penenang hati
dalam kesunyian, pemberi kekuatan saat ditimpa kelemahan, menjadi penerang
dalam kegelapan, penghilang dahaga saat kehausan. Ringkasnya, keteguhan hati
menyimpan banyak makna.
Barangsiapa memiliki sifat ini, maka ia akan memperoleh
kewibawaan dan kemuliaan, meski ia bukan dari keturunan bangsawan. Sifat ini
tidak bisa dibeli dengan harta dan tidak pula diraih dengan kekuatan. Sifat
inilah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
, dan beliau tidak memerintahkan kita kecuali kepada kebaikan. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
سَلُوْا اللهَ اليَقِينَ وَالمُعَافَاةَ، فَإِنَّهُ لَمْ
يُؤْتَ أَحَدٌ بَعْدَ اليَقِيْنُ خَيْرًا مِنَ المَعَافَاةِ
Mohonlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala keteguhan
hati dan keselamatan. Sungguh, seseorang tidak diberi sesuatu yang lebih baik
daripada keselamatan setelah diberi keteguhan hati. (HR. Ahmad)
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Sifat itu adalah sifat yakin (sifat teguh pendirian) yang
ada dalam hati. Sifat ini bila disertai dengan ilmu mengenal Allah Subhanahu
wa Ta’ala, maka ia akan menjadikan hati seseorang tidak terombang-ambing.
Ia akan selalu tenang dalam merealisasikan keimanannya. Sehingga ia akan dapat
merealisasikan seluruh tingkatan-tingkatan yakin yang tiga, yaitu ilmul yaqin,
‘ainul yaqin, dan haqqul yaqin.
Kedudukan sifat ini bagi iman seperti kedudukan ruh bagi
jasad. Oleh karena itu, orang yang tidak mempunyai sifat yakin, maka ia tak
ubahnya seperti seonggok jasad tanpa nyawa.
Dengan sifat ini, seseorang dapat merasakan kedudukan yang
tinggi dan memiliki keinginan kuat untuk meraih derajat yang telah dicapai oleh
orang terbaik setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, dimana sifat yakin yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala anugerahkan kepadanya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menjadikannya kokoh menghadapi tiga peristiwa penting yang menentukan.
Pertama, saat orang kafir Quraisy mendatangi Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu untuk membuatnya ragu terhadap agama dan ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, “Sesungguhnya
sahabatmu (Muhammad) mengklaim dirinya dijalankan pada malam hari menuju Baitul
Maqdis kemudian dinaikkan ke langit.” mendengar pernyataan orang kafir Quraisy
ini, seketika itu pula dengan penuh keyakinan, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
menjawab, “Jika ia (Muhammad) telah mengatakannya, maka hal itu memang benar
adanya.”
Sebuah jawaban yang menunjukkan kemantapan hati dan
menggambarkan betapa sifat yakin itu telah melekat dalam lubuk hati beliau radhiyallahu
‘anhu yang paling dalam. Jawaban ini, telah memupus harapan kaum kafir
Quraisy yang berniat membuat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ragu terhadap
ajaran Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka harus
pulang dengan membawa kegagalan
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Peristiwa kedua. Saat manusia menyatakan tidak percaya dan
tidak bisa menerima fakta bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
meninggal dunia, maka Abu Bakar naik mimbar dan berseru di hadapan manusia,
“Barangsiapa menyembah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Dan barangsiapa menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah Maha hidup dan tidak mati.”
Ketiga, saat muncul orang-orang murtad, Abu Bakar
benar-benar tegar sebagai panutan dalam memerangi mereka. Beliau radhiyallahu
‘anhu berseru, “Demi Allah, seandainya mereka tidak lagi menyerahkan iqal
(tali yang digunakan untuk mengikat onta) yang dahulu mereka berikan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sungguh aku akan perangi
mereka karena hal ini”.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Demikianlah cahaya iman, apabila telah menancap dalam hati
seseorang, maka keimanan itu akan membimbingnya kepada derajat yakin dan siap menerima
agama Allah ini dengan sepenuh hati. Orang yang menjalani kehidupan dunia ini
dengan penuh keyakinan terhadap Allah, dia pasti menyadari bahwa dunia ini
tidak senilai dengan sehelai sayap nyamuk di sisi Allah. Dia tidak akan tertipu
dengan dunia, karena dia memiliki cita-cita tinggi. Ini hanya diketahui oleh
orang-orang yang merasakannya saja. Karena sifat yakin (keteguhan hati)
merupakan amalan hati. Yang mengetahui pengaruhnya hanyalah orang-orang yang
berilmu yang memiliki kepekaan. Orang yang memiliki keyakinan kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala berhak dan pantas mendapatkan bashirah (ilmu), hidayah,
dan rahmat Allah. Tiga hal ini merupakan faktor penting dalam kehidupan
beragama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ
يُوقِنُونَ
“Alquran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS. Al-Jatsiyah: 20)
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam dengan memberinya sifat yakin (keteguhan hati).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami
memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.” (QS.
Al-An’am: 75)
Sifat yang dimiliki Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ini
semakin menambah keimanan serta ketegarannya. Dengan rasa ini, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
kian mengetahui bahwa kaumnya berada dalam kesesatan dan penyimpangan dari
jalan yang lurus. Mereka menjadikan sesembahan-sesembahan selain Allah dan
menghalangi dari jalan-Nya, padahal mereka mengetahui.
Keteguhan hati ini pula yang menjadikan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
siap melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putra kesayangannya Ismail.
Keteguhan hati ini jugalah yang membuat Ismail ‘alaihissalam tidak ragu
untuk mengatakan kepada ayahnya, tersebut dalam Alquran surat Ash-Shafat 102:
قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ
اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah
kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatkan aku termasuk orang-orang yang
sabar”.
Tingkatan inilah yang disebut dengan ilmul yaqin.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kesabaran
itu sebagian dari iman, dan sifat yakin itu adalah seluruh keimanan itu
sendiri” (HR. al-Bukhari)
Orang yang kehilangan faktor penting ini (maksudnya
kehilangan sifat yakin), maka ia tidak mungkin menjadi petunjuk jalan dan tidak
pula mendapat petunjuk, baik di rumah, di pasar, maupun di tengah
masyarakatnya.
Allah berfirman,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا
صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah
mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
Oleh sebab itu, tatkala kepemimpinan dalam agama merupakan
hal yang berat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaitkannya dengan hal
yang berat pula yang ada di dalam hati (yaitu sifat yakin). Sifat ini tidak
diketahui hakikat dan rasanya kecuali oleh orang yang merenungi kematian dan
kehidupan ini sebagaimana Ulama merenunginya.
Inilah keteguhan hati yang seharusnya dihadirkan setiap
saat, namun tidak setiap orang mampu melakukannya. Hanya kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala kita memohon agar senantiasa menguatkan jiwa kita agar istiqamah
di atas keyakinan kepada Allah.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ:
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Sifat yakin inilah yang menjadikan seorang hamba bisa
menerima agama ini dengan sepenuh hati, baik perintah Allah maupun
larangan-Nya. Mereka mengatakan:
ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا
“Kami beriman kepada [Alquran], semuanya itu dari sisi Rabb
kami,” (QS. Ali Imran: 7)
Mereka tidak membantah dan tidak pula menyelisihinya, serta
tidak pula mengimani sebagian dan mengingkari sebagian yang lain.
Hamba Allah yang memiliki sifat yakin, akan menerima seluruh
syariat agama ini dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman,
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ
اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum
siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS. Al-Maidah: 50)
Keteguhan hati seorang mukmin ibarat cahaya di atas cahaya
yang senantiasa menerangi langkahnya, karena ia mengetahui, bahwa Allah melihat
keberadaannya, mendengar pembicaraan rahasianya, mengetahui musibahnya,
mengetahui detak jantungnya yang dipenuhi dengan sifat yakin, sehingga hamba
ini mengetahui, bahwa segala yang ditakdirkan kepadanya tidak mungkin meleset.
Sebaliknya yang bukan ditakdirkan untuknya tidak akan menimpanya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidak menimpakan kepadanya ujian kecuali menginginkan keselamatan
untuknya. Dan apa yang diambil oleh Allah akan dikembalikan kepadanya. Begitu
pula apa yang dikurangi darinya justru akan ditambah.
Allah mengujinya dengan kesusahan, membuat buntu jalan yang
ia tempuh dengan susah payah. Hingga tatkala ia berada di lorong kegelapan,
muncullah cahaya terang dan ditemukan kunci-kunci untuk membukanya. Ditemukan
mata air bagi yang dilanda haus dahaga. Setelah musibah ada hibah (pemberian
karunia), sesudah kesedihan ada kegembiraan. Dunia ini tidak lain hanyalah
fatamorgana di tanah yang datar, dan kita akan dikembalikan kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Sungguh akhirat itulah negeri tempat tinggal. Barangsiapa
menginginkan hidup dengan leluasa serta penuh kemuliaan dalam urusan dunia dan
agama, hendaklah ia mengharapkan keselamatan sebagaimana kebebasan dan
kemuliaan yang ingin ia dapatkan, dengan membentengi keimanannya dengan
keteguhan hati.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber: Majalah As-Sunnah, Edisi 12/Thn. XVI/Jumadil Awwal
1434 H/April 2013 M
Jadilah
Pemimpin Yang Islam Inginkan
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ
إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَابَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ
وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ
الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلةٍ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan jamaah
sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah, menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Kemudian shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada
keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Kurang lebih satu bulan lagi bangsa kita Indonesia akan
memilih wakilnya yang duduk di parlemen. Dalam kesempatan yang singkat ini,
kita tidak akan membicarakan mengenai demokrasi dalam tinjauan Islam atau hukum
masuk parlemen atau hal-hal yang serupa dengan itu. Kessempatan yang singkat
ini Khatib ingin menyampaikan sebuah nasihat kepada mereka yang mencalonkan
dirinya sebagai wakil rakyat, kepada mereka yang ingin menjadi pemimpin, dan
kita sebagai rakyat bisa memilih dengan bijak orang-orang yang benar-benar
memiliki kriteria yang layak sebagai seorang pemimpin mereka. Karena itulah
yang Rasulullah ajarkan kepada kita dalam sebuah doa,
و لا تسلط علينا من لا يرحمنا
“…dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak
menyayangi kami berkuasa atas kami” (HR Tirmidzi dan Hakim
Di antara kriteria pemimpin yang baik adalah
Pertama: Niat
Ikhlas.
Seorang pemimpin dalam memegang jabatannya itu harus
diniatkan semata-mata hanya untuk menegakkan hukum Allah dan Rasul-Nya. Dengan
demikian, ia akan memperoleh yang dijanjikan Allah kepadanya, jika melaksanakan
tanggung jawab tersebut dengan baik. Karena setiap amal tergantung niat
pelakunya, dan keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada niatnya dalam
memegang kepemimpinan itu; apakah untuk memperkaya diri atau semata-mata lillahi
Ta’ala.
Kedua: Pemimpin
Harus Dari Kaum Laki-Laki.
Seorang wanita tidak boleh diangkat menjadi pemimpin, baik
untuk komunitas tertentu, skala kecil, apalagi untuk masyarakat yang lebih
luas. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوا أَمْرَهُمْ اِمْرَأََةٌ.
“Tidak akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan
kepemimpinannya kepada seorang wanita”.(HR al-Bukhâri, 4425, 7099, dari Abu
Bakrah radhiyallahu ‘anhu.)
Salah satu hikmahnya, karena wanita memiliki beberapa
kelemahan dan kondisi yang dapat menghalanginya untuk melaksanakan tugas.
Wanita memiliki akal dan fisik yang lemah, serta tidak terlepas dari kondisi
tertentu, misalnya haidh, nifas, melahirkan, menyusui, dan lain-lain.
Ketiga: Tidak
Meminta Jabatan.
Secara syar’i, meminta jabatan adalah dilarang kecuali dalam
kondisi tertentu. Seseorang yang menginginkan suatu jabatan dan berusaha dengan
sungguh untuk mendapatkan jabatan atau kedudukan terhormat dalam pemerintahan,
kemungkinan besar ia akan mengorbankan agamanya demi mencapai keinginannya itu.
Dia pun rela melakukan apa saja, meskipun merupakan perbuatan maksiat demi mendapatkan
atau untuk mempertahankan kedudukan yang telah ia raih. Oleh karena itu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang kita meminta jabatan. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengingatkan, betapa berat tanggung-jawab jabatan
tersebut pada hari Kiamat nanti. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ
نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ.
“Kalian selalu berambisi untuk menjadi penguasa, padahal
akan membuat kalian menyesal pada hari Kiamat kelak. Sungguh hal itu (ibarat)
sebaik-baik susuan dan sejelek-jelek penyapihan.” (HR al-Bukhâri, 7148, dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah
menolak pemintaan salah seorang sahabat yang datang meminta agar diberi sebuah
jabatan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّا- والله- لَا نُوَلِّي هَذَا الأمرَ أحدًا سَأَلَهُ
وَلَا أحدًا حَرَصَ عَلَيْهِ.
“Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada
orang yang memintanya dan berambisi untuk mendapatkannya.” (HR al-Bukhâri
(7149) dan Muslim (1733), dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu)
Alasan penolakan ini, karena setiap orang yang berambisi
tentu berani melakukan apa saja demi mendapat jabatan atau demi
mempertahankannya. Oleh karena itu, selayaknya jangan berambisi dan berusaha
untuk mendapatkan jabatan pemerintahan. Sebab hal itu dapat menghalangi taufiq
Allah ‘Azza wa Jalla, sehingga sepenuhnya akan dibebankan kepadanya.
Sikap ambisius akan mendorongnya berbuat aniaya dan dosa besar demi mendapatkan
dan mempertahankannya. Namun, bila jabatan itu diberikan kepada orang yang
tidak menginginkannya bahkan tidak menyukainya, maka Allah akan memberinya
taufiq dan akan membantunya dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut.
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin: Bahwa Amirul-Mukminin
‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengangkat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu menjadi Gubernur Bahrain. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
pulang dengan membawa uang sebesar 10.000 dinar. Maka Umar pun berkata
kepadanya: “Hai musuh Allah dan kitab-Nya, apakah engkau telah mengumpulkan
kekayaan sebanyak ini?”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Aku bukan
musuh Allah dan kitab-Nya, akan tetapi aku musuh terhadap orang yang memusuhi
Allah dan kitab-Nya!
“Lalu dari mana harta sebanyak itu?” selidik Umar.
“Dari ternak kuda-kudaku beranak pinak, dari hasil bumiku,
dan dari hadiah yang datang terus-menerus,” jawab Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu. Merekapun menyelidikinya dan mendapati kebenaran pengakuan Abu
Hurairah radhiyalahu ‘anhu tadi.
Setelah itu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memanggilnya
kembali untuk diserahi jabatan, namun Abu Hurairah menolaknya. Umar radhiyallahu
‘anhu berkata kepadanya: “Apakah engkau tidak suka pekerjaan ini, padahal
orang yang lebih baik daripadamu menerima tawaran seperti ini, yakni Nabi Yûsuf
‘alaihissallam?!”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Yusuf ‘alaihissallam
adalah seorang nabi, putera seorang nabi, dan cucu seorang nabi. Sedangkan aku,
hanyalah Abu Hurairah putera Umaimah. Aku takut terhadap tiga kesulitan sebagai
akibat dari dua perkara”.
“Mengapa tidak engkau katakan lima perkara saja!” sergah
Umar radhiyallahu ‘anhu.
Jawab Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu “Saya takut
berkata tanpa ilmu dan memutuskan perkara tanpa belas kasih, akibatnya aku
dipukul, hartaku dirampas dan kehormatanku dicemarkan!”( Diriwayatkan Ibnu
Sa’ad dalam Thabaqât al-Kubra, IV/335)
Keempat: Berhukum
dengan Hukum Allah.
Ini merupakan kewajiban terbesar yang harus dilaksanakan
oleh seorang pemimpin dan penguasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah”. (QS. Al-Mâ`idah:49].
Memutuskan perkara dengan hukum yang diturunkan Allah
merupakan tugas pokok yang harus dilaksanakan seorang pemimpin. Jika ternyata
ia menyimpang dari hukum Allah, maka ia bukanlah orang yang pantas untuk
mengemban jabatan itu.
Kelima:
Menjatuhkan Hukum Secara Adil Diantara Manusia.
Ini juga termasuk kewajiban terbesar yang harus diemban oleh
seorang penguasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ
فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ
عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Hai Dawud,
sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan”. (QS. Shâd: 26).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا
بِالْعَدْلِ
“…dan (menyuruh kamu) agar senantiasa bersikap apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil ..” (QS.
An-Nisâ`: 58).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى
مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ
يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا.
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, pada hari
Kiamat kelak, ia berada di atas mimbar dari cahaya di sebelah kanan Allah ‘Azza
wa Jalla yang Maha pengasih. Kedua tangan Allah sebelah kanan. (Mimbar
tersebut) diberikan untuk orang yang bersikap adil dalam berhukum mereka,
keluarga mereka, dan yang mereka kuasai” (HR Muslim, 1827, dari ‘Abdullah bin
Amr radhityallahu ‘anhu)
Oleh karena itu, seorang pemimpin wajib bersikap adil
terhadap rakyatnya dan memberikan perlakuan yang sama di antara mereka. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ
“… Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa…” (QS. Al-Mâ`idah:8).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَمْيرٍ عَشَرَةٍ إِلَّا وَهُوَ يُؤْتَى بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَغْلُولًا حَتَّى يَفُكَّهُ العَدْلُ أَوْ يُوْبِقَهُ الجورِ.
“Tidaklah seorang lelaki memimpin sepuluh orang, kecuali ia
akan didatangkan dalam keadaan tangan yang terbelenggu pada hari Kiamat. Kebaikan
yang ia lakukan akan melepaskannya dari ikatan, atau dosanya akan membuat
dirinya celaka” (HR al-Baihaqi dalam kitab al-Kubra (X/96) dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu. Hadist ini terdapat dalam Kitab Shahîh al-Jâmi’ (5695)).
Keenam: Siap
Memenuhi Kebutuhan Rakyat dan Mendengar Keluhannya.
Seorang pemimpin harus membuka pintunya untuk memenuhi semua
kebutuhan masyarakat, mendengarkan pengaduan orang-orang yang teraniaya dan
keluhan mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ إِمَامٍ أَوْ وَالٍ يُغْلِقُ بَابَهُ دُونَ ذَوِي
الْحَاجَةِ وَالْخَلَّةِ وَالْمَسْكَنَةِ إِلَّا أَغْلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
أَبْوَابَ السَّمَاءِ دُونَ خَلَّتِهِ وَ حَاجَتِهِ وَمَسْكَنَتِهِ.
“Tidaklah seorang pemimpin atau seorang penguasa menutup
pintunya dari orang-orang yang memiliki kebutuhan, keperluan serta orang-orang
fakir, kecuali Allah akan menutup pintu langit dari keperluan, kebutuhan dan
hajatnya.” (HR Ahmad (IV/231), at-Tirmidzi (1332) dari ‘Amr bin Murah.
At-Tirmidzi (1332) dari Abu Maryam. Hadits ini terdapat dalam Kitab Shahîh
al-Jâmi’ (5685)).
Hadits ini merupakan ancaman keras dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam terhadap pemimpin yang menutup pintu dari rakyat yang
dipimpinnya.
Ketujuh: Memberi
Nasihat Kepada Rakyatnya dan Tidak Mengkhianatinya.
Seorang pemimpin harus selalu memberi nasihat yang baik
kepada rakyatnya tentang segala perkara berkaitan dengan urusan dunia maupun
agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَمِيرٍ يَلِي أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا
يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنْصَحُ إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ.
“Tak seorang pemimpinpun yang mengurusi urusan kaum
muslimin, kemudian ia tidak pernah letih dari mengayomi dan menasihati mereka,
kecuali pemimpin itu akan masuk ke dalam surga bersama mereka” (HR Muslim, 142,
dari Ma’qal bin Yasâr radhiyallahu ‘anhu).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ
يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ.
“Tidaklah seorang hamba yang mendapat amanah dari Allah
untuk mengayomi rakyat, lantas ia meninggal pada hari meninggalnya dalam
keadaan menipu rakyatnya, kecuali Allah telah haramkan surga baginya”. (HR
al-Bukhâri (7150, 7151) dan Muslim (142))
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ. قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ
وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ.
“Dari Tamim ad-Daari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Diin (agama) itu adalah nasihat,” kami bertanya: “Untuk
siapa?” Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya”.( HR Muslim, 55, dari Tamim bin Aus radhiyallahu
‘anhu)
Masyarakat juga harus memberikan nasihat kepada pemimpin dan
tetap mentaatinya, selama mereka tidak disuruh kepada perkara yang dilarang
Allah. Jangan sampai mereka melepaskan diri dari ketaatan dan melakukan
pemberontakan walau bagaimanapun buruknya penguasa itu. Kecuali bila terlihat
kekufuran yang nyata, dan ada dalil yang jelas tentang pengkafiran tersebut
dari Allah.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِيْمَا سَمِعْنَا، أَقُوْلُ هَذَا
القَوْلِ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Kritertia selanjutnya adalah
Kedelapan:
Pemimpin Jangan Menerima Hadiah.
Jika ada rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang
pemimpin, hampir bisa dipastikan, dibalik itu mereka ingin agar sang pemimpin
dekat dengannya dan menyukai dirinya. Maka seorang pemimpin janganlah menerima
hadiah-hadiah semacam ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
الهَدِيَّةُ إِلَى الإِمَامِ غَلُوْلٌ
“Hadiah yang diberikan kepada seorang pemimpin adalah
pengkhianatan” (HR ath-Thabraani dalam kitab al-Kabir (XI/11486) dari Ibnu
Abbas Radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini terdapat dalam Kitab Shahîh al-Jâmi’
(7054)).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
هَدَايَا العُمَّالِ غَلُوْلٌ
“Hadiah-hadiah yang diberikan kepada penguasa adalah
pengkhianatan”.( HR Ahmad (V/424), al-Baihaqi (X/138) dari Abu Humaid
Radhiyallahu ‘anhu . Hadits ini terdapat dalam Kitab Shahîh al-Jâmi’ (7071))
Demikian juga, semua orang yang bertugas melayani urusan
kaum muslimin, ia tidak boleh menerima hadiah dan jangan ada sedikitpun yang
disembunyikannya. Berapapun hadiah yang diterimanya, harus ia serahkan kepada
pemerintah. Jangan ada sedikitpun yang dijadikan sebagai milik pribadi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ فَكَتَمْنَا
مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ كَانَ غُلُولًا يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk
mempimpin lalu ia menyembunyikan satu jarum atau lebih, maka pada hari Kiamat
nanti ia akan datang membawanya” (HR Muslim, 1833, dari ‘Adi bin Umair radhiyallahu
‘anhu)
Salah seorang gubernur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ada yang berkata: “Yang ini untuk kalian dan yang ini dihadiahkan
untukku,” lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَمَّا بَعْدُ فَمَا بَالُ الْعَامِلِ نَسْتَعْمِلُهُ
فَيَأْتِينَا فَيَقُولُ هَذَا مِنْ عَمَلِكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي أَفَلَا
قَعَدَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَنَظَرَ هَلْ يُهْدَى لَهُ أَمْ لَا.
“Amma ba’du, mengapa pejabat yang kami angkat berkata: “Yang
ini dari hasil pekerjaan kalian, sementara yang ini khusus dihadiahkan
untukku?” Mengapa ia tidak duduk saja di rumah ayah atau ibunya, lalu ia
tunggu, apakah masih ada orang yang mau memberikan hadiah untuknya ataukah
tidak?” (HR al-Bukhâri (1500, 6979) dan Muslim (1832) dari Abu Humaid as-Sâ’di)
Dan Alhamdulillah, pemberian hadiah kepada pemimpin saat ini
dikategorikan sebagai grativikasi karena berpotensi menjadikan seorang pemimpin
terjebak dalam KKN.
Kesembilan:
Seorang Pemimpin Harus Mengambil Penasihat dari Kalangan Orang-Orang Shâlih.
Seorang pemimpin harus mengambil penasihat dari kalangan
orang-orang shâlih yang mampu mengingatkannya saat ia lupa, dan membantunya
saat teringat, selalu mengawasinya agar bersikap baik dan berlaku adil,
memberinya nasihat dan pengarahan, serta mendorongnya untuk berbuat baik dan
menjaga ketakwaan. Dengan cara ini, maka semua urusan pasti lurus.
Adapun penasihat yang buruk, tidak ada kebaikan yang dapat
diharapkan darinya. Karena mereka tidak dapat membantu untuk berbuat kebajikan,
bahkan akan membantu setan untuk menggelincirkan si pemimpin. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلَا اسْتَخْلَفَ مِنْ
خَلِيفَةٍ إِلَّا كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ
عَلَيْهِ وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ
مَنْ عَصَمَ اللَّهُ تَعَالَى.
“Tidak ada nabi yang Allah utus, dan tidak pula ada seorang
pemimpin yang Dia angkat, kecuali mereka mempunyai dua jenis teman dekat. Teman
yang menyuruhnya untuk berbuat baik serta selalu membantunya dalam berbuat
baik, dan teman yang menyuruhnya berbuat untuk jahat serta selalu mendorongnya
untuk melakukan tindak kejahatan. Orang yang selamat, ialah orang yang memang
dijaga Allah Subhanahu wa Ta’ala” (HR al-Bukhâri, 6611, 7198, dari Abu
Sa’id radhiyallahu ‘anhu).
Kesepuluh:
Seorang Pemimpin Harus Bersikap Ramah Terhadap Rakyat.
Sebagaimana dikatakan para ulama salaf, seorang pemimpin
harus bersikap sebagai anak terhadap orang-orang tua, sebagai saudara untuk
yang sebaya, dan sebagai orang tua terhadap anak-anak. Ia harus bersikap
lembut, ramah serta menyayangi mereka, dan tidak membebaninya dengan urusan
yang tidak mereka sanggupi. Dengan sikap ini, sebagai pemimpin, ia berhak
mendapat doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ
عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا
فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
“Ya Allah, bagi siapa yang menjadi penguasa umatku, lalu ia
menyulitkan mereka, maka timpakanlah kesulitan kepadanya. Dan barang siapa yang
menjadi penguasa umatku, lalu ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia.”. (HR
Muslim, 1848, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Kesebelas:
Jujur Menjalankan Semua Urusan yang Berkaitan dengan Kaum Muslimin.
Dalam hal ini, seorang pemimpin harus membantu ahli sunnah
serta membasmi ahli bid’ah dan pelaku kerusakan, mengibarkan panji amr ma’ruf
nahi mungkar serta panji-panji jihad fi sabilillah, berusaha dengan sekuat
tenaga untuk menjaga kehormatan, agama, harta kaum muslimin dan lain-lain.
Ia juga harus mengevaluasi kinerja para pejabat dan
pegawainya secara kontinyu, memperhatikan cara mereka menjalankan tugas, dan
sikap mereka terhadap rakyat. Ia juga harus memilih jalan terbaik dalam
menyelesaikan semua problem masyarakat. Para bawahan juga diharuskan memberi
laporan-laporan secara jujur dan rinci mengenai tugas yang telah dilakukan.
Sesungguhnya ia akan mempertangungjawabkan semua tugas dan kewajibannya di
hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah beberapa kriteria yang harus diperhatikan oleh
orang-orang yang memegang tanggung jawab publik. Baik dari pimpinan tingkat
terbawah hingga yang tertinggi, baik di instansi pemerintah ataupun yang
swasta, terkhusus bagi mereka yang akan duduk dan sedang duduk di parlemen.
Karena masalah kepemimpinan bukanlah suatu yang ringan di dalam Islam.
Mudah-mudahan Allah memberi taufik pemimpin-pemimpin kita ke
jalan yang Allah cintai dan ridhai, meneguhkan mereka dalam memegang kebenaran,
dan menunjuki mereka dalam mengambil keputusan yang bermanfaat untuk Islam,
umat Islam, dan bangsa Indonesia secara umum. Allahumma amin…
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّم على عبدِك ورسولِك نبينا محمد ، وارضَ
اللَّهُمَّ عن خُلفائِه الراشدين الأئمةِ المَهدِيِّين أبي بكر، وعمرَ، وعثمانَ ،
وعليٍّ ، وعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإسلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ
الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاجْعَلْ هَذَا
البَلَدَ آمِنًا مُسْتَقِرّاً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةٍ يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ
بِسُوْءٍ فَأَشْغَلَهُ بِنَفْسِهِ وَارْدُدْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ وَاجْعَلْ
تَدْمِيْرَهُ فِي تَدْبِيْرِهِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ،
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ
أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْهُمْ هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلَا
مُضِلِّيْنَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم .
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Membina Rumah Tangga Sakinah: merajut asa
Kamis, 05
Juni 2014
KETIKA seorang muslimah memiliki kehendak untuk menikah, maka dia mendambakan seorang ikhwan yang bisa memberi kasih sayang, perhatian, penghargaan, dan kebahagiaan. Setelah yakin bahwa dia akan mendapatkan semua itu dari calon suaminya, dengan langkah pasti dia pun langsung menuju jenjang pernikahan.
Namun, demikian pula dengan suaminya kelak, dia pun menginginkan kebahagiaan dari istrinya. Dan tentunya, kebahagiaan yang didamba pun mesti berdasarkan perspektif syariat. Tak adil rasanya jika Anda banyak menuntut suami untuk menuruti seluruh keinginan Anda, namun Anda mengabaikan keinginannya.
…ada
beberapa hal yang diinginkan suami Anda. Jika Anda dapat memenuhinya, maka Anda
akan mendapatkan cintanya secara utuh, dan kebahagiaan pun mewarnai hidup rumah
tangga…
Dalam
bukunya Kaifa Tushbihina Zaujatan Romansiyyah, Wafa’ Muhammad menulis
bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Anda, ada
beberapa hal yang diinginkan suami dari Anda. Dan jika Anda dapat memenuhinya,
maka Anda akan mendapatkan cintanya secara utuh, dan kebahagiaan pun mewarnai
hidup rumah tangga. Di antaranya adalah:
1. Anda menaati Allah dan Rasul-Nya dalam kondisi sembunyi (as-sirr) dan terang-terangan (al-‘alaniyyah), sehingga Anda menjadi istri shalihah yang merupakan sebaik-baik perhiasan dunia. Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
2. Anda menjaga rahasia dan hartanya ketika dia tidak berada di sisi Anda. Rasulullah juga bersabda, “Tidak ada yang lebih baik di dunia ini bagi seorang muslim setelah menyembah Allah, selain mendapatkan istri yang shalihah, cantik apabila dipandang, patuh apabila diperintah, memenuhi sumpah pernikahan, menjaga dirinya dan kekayaan suami di saat suami pergi, mengasuh anak-anaknya, tidak membiarkan orang lain masuk ke rumah tanpa izin suami, dan tidak menolak apabila suami memanggil ke tempat tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sebagaimana dinyatakan hadits di atas, Anda membuatnya senang apabila dia memandang Anda dengan kecantikan jasmani, rohani, dan rasio. Tatkala seorang istri berpenampilan anggun dan cantik, maka daya tariknya semakin kuat dan menambah lengket suami kepadanya.
1. Anda menaati Allah dan Rasul-Nya dalam kondisi sembunyi (as-sirr) dan terang-terangan (al-‘alaniyyah), sehingga Anda menjadi istri shalihah yang merupakan sebaik-baik perhiasan dunia. Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
2. Anda menjaga rahasia dan hartanya ketika dia tidak berada di sisi Anda. Rasulullah juga bersabda, “Tidak ada yang lebih baik di dunia ini bagi seorang muslim setelah menyembah Allah, selain mendapatkan istri yang shalihah, cantik apabila dipandang, patuh apabila diperintah, memenuhi sumpah pernikahan, menjaga dirinya dan kekayaan suami di saat suami pergi, mengasuh anak-anaknya, tidak membiarkan orang lain masuk ke rumah tanpa izin suami, dan tidak menolak apabila suami memanggil ke tempat tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sebagaimana dinyatakan hadits di atas, Anda membuatnya senang apabila dia memandang Anda dengan kecantikan jasmani, rohani, dan rasio. Tatkala seorang istri berpenampilan anggun dan cantik, maka daya tariknya semakin kuat dan menambah lengket suami kepadanya.
…Tatkala
seorang istri berpenampilan anggun dan cantik, maka daya tariknya semakin kuat
dan menambah lengket suami kepadanya…
4. Pun
demikian, seperti yang diungkapkan hadits tadi, Anda tidak keluar rumah tanpa
izinnya.
5. Anda senantiasa tersenyum kepadanya. Para suami mencintai istri yang penuh senyum dan membenci wanita yang cemberut.
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah,” begitulah Rasul bersabda suatu saat. Ketika tersenyum kepada saudara sesama muslim adalah sedekah, maka senyuman istri kepada suami pun bernilai pahala.
6. Anda berterimakasih kepada suami Anda. Hal berarti Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat pernikahan yang membantunya menjaga kesucian diri, memberinya keturunan, dan menjadikannya seorang ibu yang memiliki segenap tugas mulia.
7. Anda memilih waktu yang tepat dan cara yang sesuai ketika meminta sesuatu yang Anda inginkan dari suami; khawatir kalau suami menolaknya dengan cara halus. Istri perlu memilih kata yang sesuai yang bisa meyakinkan dirinya.
8. Jika Anda keluar rumah, Anda jangan keluar dengan pakaian yang seronok dan mencuri perhatian orang-orang, dan hendaklah menjaga pandangannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)
9. Anda berbudi luhur, tidak meninggikan suara melebihi suami Anda jika membantah atau mengkritiknya.
10. Anda haru sabar atas kefakiran suami Anda jika dia fakir dan bersyukur atas kekayaan suami jika dia kaya.
11. Anda mendorong suami untuk menyambung silaturahmi dengan orangtua, kerabat, dan teman-temannya. Anda juga harus menampakkan kecintaan dan penghormatan kepada keluarga suami, dan membuat suami merasakan hal itu.
5. Anda senantiasa tersenyum kepadanya. Para suami mencintai istri yang penuh senyum dan membenci wanita yang cemberut.
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah,” begitulah Rasul bersabda suatu saat. Ketika tersenyum kepada saudara sesama muslim adalah sedekah, maka senyuman istri kepada suami pun bernilai pahala.
6. Anda berterimakasih kepada suami Anda. Hal berarti Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat pernikahan yang membantunya menjaga kesucian diri, memberinya keturunan, dan menjadikannya seorang ibu yang memiliki segenap tugas mulia.
7. Anda memilih waktu yang tepat dan cara yang sesuai ketika meminta sesuatu yang Anda inginkan dari suami; khawatir kalau suami menolaknya dengan cara halus. Istri perlu memilih kata yang sesuai yang bisa meyakinkan dirinya.
8. Jika Anda keluar rumah, Anda jangan keluar dengan pakaian yang seronok dan mencuri perhatian orang-orang, dan hendaklah menjaga pandangannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)
9. Anda berbudi luhur, tidak meninggikan suara melebihi suami Anda jika membantah atau mengkritiknya.
10. Anda haru sabar atas kefakiran suami Anda jika dia fakir dan bersyukur atas kekayaan suami jika dia kaya.
11. Anda mendorong suami untuk menyambung silaturahmi dengan orangtua, kerabat, dan teman-temannya. Anda juga harus menampakkan kecintaan dan penghormatan kepada keluarga suami, dan membuat suami merasakan hal itu.
…Anda juga
harus menampakkan kecintaan dan penghormatan kepada keluarga suami, dan membuat
suami merasakan hal itu…
12. Suami
juga menginginkan Anda berhiaskan kejujuran dan menghindari kebohongan.
13. Suami pun menghendaki Anda mendidik anak-anaknya mencintai Allah dan Rasul-Nya, mendidik mereka menghormati orangtua dan mematuhi keduanya.
14. Dia menginginkan Anda tidak mudah marah dan emosi.
15. Anda tidak meremehkan dan mengolok-olok dirinya atau orang lain.
16. Anda diharuskan untuk rendah hati, tidak sombong, arogan, dan pongah.
17. Anda melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah dan memantau anak-anak untuk juga melakukannya. Karena Rasulullah menganjurkan, ““Seorang perempuan yang menegakkan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, dan mematuhi suaminya akan memasuki Surga melalui pintu mana saja dia suka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
18. Anda mesti menyadari bahwa hak suami atas diri istri itu besar, lebih besar dari hak istri atas suami. Dengan demikian, wajar jika Rasulullah bersabda, “Seorang perempuan tidak patuh pada suaminya dan dia tidak akan mampu tanpa suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
19. Suami Anda menginginkan agar Anda tidak ragu-ragu untuk mengakui kesalahan, bahkan bersegera mengakuinya dan menerangkan alasan yang menyebabkannya melakukan kesalahan tersebut.
20. Hendaklah permintaan Anda kepada suami dalam batas kemampuannya. Dalam artian, Anda tidak membebani suami dan bersikap qana’ah.
21. Anda menaati perintah suami selama tidak menyuruh kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak melakukan puasa sunnah kecuali dengan izinnya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada ketaatan dalam suatu kemaksiatan akan tetapi ketaatan kepada hal yang ma’ruf.” (HR. Bukhari)
22. Anda tidak memperbolehkan seseorang pun untuk masuk ke rumah ketika suami Anda tidak ada, kecuali dengan izinnya, jika bukan mahramnya, karena hal demikian dapat menimbulkan prasangka buruk.
23. Anda tidak menolak jika diajak suami ke atas ranjang. Rasulullah mewanti-wanti, “Demi Dia yang berkuasa pada hidupku, ketika sang suami memanggil istrinya ke tempat tidur dan dia menolaknya, Dia yang di Surga akan murka padanya sampai suaminya senang akan dirinya.” Selain itu, Anda dilarang untuk meninggalkan suami di tempat tidurnya. Nabi bersabda, “Ketika seorang perempuan melalui malam dengan meninggalkan suami di tempat tidur, para malaikat akan mengutuknya sampai pagi hari.”
24. Anda tidak meminta cerai dari suami, karena hal ini terlarang.
25. Hindarilah untuk berpakaian dan bertingkah laki menyerupai pria.
26. Anda tidak menyebarkan rahasia rumah tangga, tidak mengumbar cerita-cerita tentang hubungan intim Anda dengan suami kepada orang lain. Dan terpenting lagi, Anda mengingatkan suami Anda untuk berdoa ketika senggama, jika dia lupa.
27. Anda harus mengetahui benar makanan kesukaan dan kegemaran suami.
28. Anda membuat suami merasa bahwa dia penting bagi Anda. Tatkala suami Anda merasa bahwa Anda membutuhkannya, maka dia akan bertambah dekat dengan Anda. Namun ketika dia merasa bahwa Anda mengesampingkannya, maka dia akan muak dengan Anda.
29. Jika Anda mendapati perilaku suami yang tidak Anda sukai, maka bersabarlah dan memberitahunya secara baik-baik. Dan bisa jadi Anda akan mendapati perilaku lain suami Anda yang lebih baik dan luhur.
30. Suami ingin agar Anda tidak mengungkit kesalahan dan kekeliruannya, tetapi berusaha mengingat kembali kebaikan-kebaikannya dan kenangan-kenangan indah yang telah dilaluinya dan menjadi kenangan tersendiri bagi Anda berdua.
13. Suami pun menghendaki Anda mendidik anak-anaknya mencintai Allah dan Rasul-Nya, mendidik mereka menghormati orangtua dan mematuhi keduanya.
14. Dia menginginkan Anda tidak mudah marah dan emosi.
15. Anda tidak meremehkan dan mengolok-olok dirinya atau orang lain.
16. Anda diharuskan untuk rendah hati, tidak sombong, arogan, dan pongah.
17. Anda melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah dan memantau anak-anak untuk juga melakukannya. Karena Rasulullah menganjurkan, ““Seorang perempuan yang menegakkan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, dan mematuhi suaminya akan memasuki Surga melalui pintu mana saja dia suka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
18. Anda mesti menyadari bahwa hak suami atas diri istri itu besar, lebih besar dari hak istri atas suami. Dengan demikian, wajar jika Rasulullah bersabda, “Seorang perempuan tidak patuh pada suaminya dan dia tidak akan mampu tanpa suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
19. Suami Anda menginginkan agar Anda tidak ragu-ragu untuk mengakui kesalahan, bahkan bersegera mengakuinya dan menerangkan alasan yang menyebabkannya melakukan kesalahan tersebut.
20. Hendaklah permintaan Anda kepada suami dalam batas kemampuannya. Dalam artian, Anda tidak membebani suami dan bersikap qana’ah.
21. Anda menaati perintah suami selama tidak menyuruh kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak melakukan puasa sunnah kecuali dengan izinnya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada ketaatan dalam suatu kemaksiatan akan tetapi ketaatan kepada hal yang ma’ruf.” (HR. Bukhari)
22. Anda tidak memperbolehkan seseorang pun untuk masuk ke rumah ketika suami Anda tidak ada, kecuali dengan izinnya, jika bukan mahramnya, karena hal demikian dapat menimbulkan prasangka buruk.
23. Anda tidak menolak jika diajak suami ke atas ranjang. Rasulullah mewanti-wanti, “Demi Dia yang berkuasa pada hidupku, ketika sang suami memanggil istrinya ke tempat tidur dan dia menolaknya, Dia yang di Surga akan murka padanya sampai suaminya senang akan dirinya.” Selain itu, Anda dilarang untuk meninggalkan suami di tempat tidurnya. Nabi bersabda, “Ketika seorang perempuan melalui malam dengan meninggalkan suami di tempat tidur, para malaikat akan mengutuknya sampai pagi hari.”
24. Anda tidak meminta cerai dari suami, karena hal ini terlarang.
25. Hindarilah untuk berpakaian dan bertingkah laki menyerupai pria.
26. Anda tidak menyebarkan rahasia rumah tangga, tidak mengumbar cerita-cerita tentang hubungan intim Anda dengan suami kepada orang lain. Dan terpenting lagi, Anda mengingatkan suami Anda untuk berdoa ketika senggama, jika dia lupa.
27. Anda harus mengetahui benar makanan kesukaan dan kegemaran suami.
28. Anda membuat suami merasa bahwa dia penting bagi Anda. Tatkala suami Anda merasa bahwa Anda membutuhkannya, maka dia akan bertambah dekat dengan Anda. Namun ketika dia merasa bahwa Anda mengesampingkannya, maka dia akan muak dengan Anda.
29. Jika Anda mendapati perilaku suami yang tidak Anda sukai, maka bersabarlah dan memberitahunya secara baik-baik. Dan bisa jadi Anda akan mendapati perilaku lain suami Anda yang lebih baik dan luhur.
30. Suami ingin agar Anda tidak mengungkit kesalahan dan kekeliruannya, tetapi berusaha mengingat kembali kebaikan-kebaikannya dan kenangan-kenangan indah yang telah dilaluinya dan menjadi kenangan tersendiri bagi Anda berdua.
…Jika
semua ini Anda penuh dan Anda lakukan, maka insya Allah kebahagiaan akan
mewarnai suami Anda, dan dia pun tentunya akan membayarnya dengan melimpahkan
kasih sayang dan membahagiakan Anda…
Demikianlah,
jika semua ini Anda penuh dan Anda lakukan, maka insya Allah kebahagiaan akan
mewarnai suami Anda, dan dia pun tentunya akan membayarnya dengan melimpahkan
kasih sayang dan membahagiakan Anda yang menurutnya telah menjadi seorang istri
shalihah. Dia merasa bahwa dia tidak pernah merasa rugi untuk menikahi Anda.
Dia justru akan berpikir bahwa menikah dengan Anda akan mendukungnya untuk
melakukan ketaatan dan memudahkan baginya untuk menekuni ibadah. Ini mengingat,
menikah dengan istri shalihah lebih dekat (mudah) untuk mendatangkan
kebahagiaan. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar